Kamis 07 May 2015 17:04 WIB

PII Bahas Praktik Mencontek di Muktamar

Rep: c 71/ Red: Indah Wulandari
Anak yang sedang menyontek (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Anak yang sedang menyontek (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN -- Terungkapnya praktek kecurangan dalam Ujian Nasional (UN) beberapa waktu lalu menjadi salah satu gambaran masih minimnya kejujuran dalam pendidikan. Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) akan membahasnya di muktamar mendatang.

"Di dunia pendidikan, masalah mencontek ini seperti sudah biasa saja," ujar Ketua Umum PB PII Randy Muchariman, Kamis (7/5).

Menurut Randy, ketika menganggap persoalan tersebut sebagai hal  biasa, bangsa ini tengah menghadapi masalah yang sangat besar.

Hal itu pun menjadi bahasan dalam sidang komisi strategis dalam Muktamar Nasional ke-29 PII yang digelar di Medan, Sumatera Utara.

Randy mengaku, PII ingin membangun kesadaran yang luas di masyarakat terutama dari pelajar bahwa kejujuran adalah hal yang penting. Pihaknya pun akan berusaha bekerjasama dengan pemerintah untuk mengatasi hal ini.

Kejujuran, kata Randy, hal sederhana tapi sangat penting dalam memperbaiki karakter bangsa ini.

Dalam muktamar, sejumlah strategi untuk memperbaiki bangsa dibahas. Randy mengaku PII ingin fokus membantu penyelesaian persoalan kebangsaan.

"Kami melihat bangsa ini perlu diperbaharui. Untuk mencapai itu, peran pelajar harus ditingkatkan," ujarnya.

Randy menyatakan, pelajar juga harus paham dengan persoalan-persoalan kebangsaan. Kini, PII masih merumuskan langkah-langkah strategis yang akan menjadi program kepengurusan PII periode selanjutnya.

Dalam pemilihan sosok ketua baru, Randy mengaku kejujuran menjadi kata kunci kriteria. Setelah sempat berdiskusi dengan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Azis yang juga alumni PII, disepakati bahwa ketua baru PII harus jujur dan berilmu.

"Kami sepakat kalau dua hal tadi sudah dimiliki ketua baru mudah-mudah turunannya akan ikut baik," ujar Randy.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
هُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْهَدْيَ مَعْكُوْفًا اَنْ يَّبْلُغَ مَحِلَّهٗ ۚوَلَوْلَا رِجَالٌ مُّؤْمِنُوْنَ وَنِسَاۤءٌ مُّؤْمِنٰتٌ لَّمْ تَعْلَمُوْهُمْ اَنْ تَطَـُٔوْهُمْ فَتُصِيْبَكُمْ مِّنْهُمْ مَّعَرَّةٌ ۢبِغَيْرِ عِلْمٍ ۚ لِيُدْخِلَ اللّٰهُ فِيْ رَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۚ لَوْ تَزَيَّلُوْا لَعَذَّبْنَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا
Merekalah orang-orang kafir yang menghalang-halangi kamu (masuk) Masjidilharam dan menghambat hewan-hewan kurban sampai ke tempat (penyembelihan)nya. Dan kalau bukanlah karena ada beberapa orang beriman laki-laki dan perempuan yang tidak kamu ketahui, tentulah kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesulitan tanpa kamu sadari. Karena Allah hendak memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka terpisah, tentu Kami akan mengazab orang-orang yang kafir di antara mereka dengan azab yang pedih.

(QS. Al-Fath ayat 25)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement