REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo mengingatkan agar demam batu akik yang melanda sebagian warga jangan sampai mengganggu aktivitas warga hingga menyebabkan produktivitas menurun.
"Di mana-mana sibuk menggosok batu akik, anggota DPRD dan PNS di kantor juga sibuk dengan batu akik. Jika tidak dijaga dengan baik, dapat merusak produktivitas," kata Wakil Gubernur saat membuka pelantikan Komunitas Batu Akik Indonesia di Batam, Kepri, Kamis (7/5).
Ia meminta warga bersikap bijaksana dan mampu membagi waktu bekerja dan menjalankan hobi. Pada satu sisi, demam batu akik memang mengganggu konsentrasi warga, namun di sisi lain, kegemarab mengoleksi batu akik memperkuat ekonomi.
Menurut Wakil Gubernur, sedikit banyak, penjualan batu akik memberikan masukan pada perekonomian di Kepri. Apalagi di Kepri terdapat beberapa batu khas dari Natuna, Lingga, Batam dan Bintan.
Selain itu, Wakil Gubernur juga melihat demam batu akik telah mempererat persatuan dan kesatuan warga.
Fenomena batu akik mampu menyatukan seluruh golongan, ras dan agama. Penggemarnya bersatu tanpa ada rasa perbedaan dan risih.
"Lewat batu akik ini, tidak ada lagi strata. Peminatnya dari pejabat sampai rakyat biasa. Sangat cair," kata Soerya.
Ia berharap komunitas pecinta akik, menjadi awal yang baik mempersatukan elemen masyarakat yang tidak memandang suku, agama dan golongan. "Disini kita semua kompak menjadi satu. Dimasyarakat juga harus seperti itu," kata Soerya.
Ketua KPBI Haris Lambe mengatakan kehadiran komunitas itu untuk memajukan potensi ekonomi di Kepri.
Pelantikan PBAI itu juga disertai pameran yang diikuti 89 anjungan dari seluruh Indonesia, antara lain dari Lampung, Jambi, Riau dan Kepri.