Jumat 08 May 2015 14:47 WIB

Konflik Yogyakarta, Kesultanan Banten: Tanda-Tanda Mataram Runtuh Mungkin

Rep: C81/ Red: Erik Purnama Putra
Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Sabtu (7/3).
Foto: Antara
Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Sabtu (7/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG - Terkait kisruhnya Keraton Yogyakarta dengan lahirnya dawuh (perintah) Sri Sultan Hamengkubuwono X, Kesultanan Banten ikut berkomentar. Mereka menyarankan agar masalah internal Keraton Yogyakarta untuk diselesaikan secara musyawarah.

“Sultan Yogya tidak arogan, keluarga juga tidak arogan. Dengan musyawarah insya Allah selesai dengan baik, khusnul khotimah," kata salah satu keturunan Kesultanan Banten, Tubagus (Tb) Abbas Waseh, kepada wartawan, Jumat, Serang (8/5).

Penyelesaian secara musyawarah sangat diperlukan. Pasalnya dawuh dan sabda yang dikeluarkan Sri Sultan Hamengkubuwono X tersebut hanya diperuntukkan bagi internal Keraton Yogyakarta. “Sabda Sultan itu berlaku untuk internal keluarga, tidak untuk umum. Maka penyelesaiannya juga internal keluarga,” terangnya.

Terkait adanya penolakan dari internal keluarga terhadap sabda dan dawuh dari Sri Sultan, Tb. Abbas Waseh berharap itu bukan sebuah dari kehancuran pewaris Kesultanan Mataram Islam. Dia juga berharap agar Keraton Yogyakarta yang merupakan keturunan Kesultanan Mataram tetap berdiri utuh dan terhindar dari gonjang-ganjing.

“Terkait dengan tanda-tanda Mataram runtuh mungkin. Tapi, semuanya kita serahkan kepada Allah Swt,” tegasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement