REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Perwakilan Unicef di Nepal, Tomoo Hozumi mengatakan ruang belajar darurat harus segera didirikan guna menghindari peningkatan jumlah anak-anak putus sekolah.
Menurut Hozumi, hampir satu juta anak-anak yang sebelumnya bersekolah harus putus sekolah karena tidak memiliki gedung sekolah.
“Saat ini sangat diperlukan pendirian ruang belajar alternatif serta mengkaji dan memperbaiki bangunan. Kita juga harus mengkampanyekan kesadaran masyarakat agar mereka mau kembali menyekolahkan anak-anak mereka,” kata Hozumi dikutip dari BBC
Hozumi menambahkan, gangguan terhadap pendidikan yang berkepanjangan akan sangat berpengaruh pada perkembangan masa depan anak-anak. Menurutnya, di Nepal, anak-anak berusia 5 tahun-9 tahun diberikan pendidikan gratis sejak pukul 9:30 hingga 15:00 setiap harinya.
Berdasarkan data dari Unicef, Jumlah anak-anak yang terdaftar di sekolah di Nepal meningkat dalam tiga dekade terakhir. Tahun 1990, tercatat hanya 64 persen anak-anak di Nepal yang bersekolah. Angka itu meningkat menjadi 95 persen di tahun ini.
Sebelumnya, Unicef memaparkan hampir satu juta anak-anak di Nepal tidak dapat kembali ke sekolah setelah gempa bumi bulan lalu. Lembaga PBB yang mengurusi masalah anak-anak mengatakan, 9 dari 10 sekolah hancur di daerah-daerah yang terkena gempa.
Menurut data Unicef, hampir 24 ribu ruang kelas rusak atau hancur karena bencana gempa yang menghantam negara tersebut. Unicef pun terus berupaya mendirikan ruang belajar sementara bagi anak-anak di pengungsian.