REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik sejarah Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Airlangga Pribadi beranggapan dengan keluarnya Sabda Raja dan Dhawuh Raja yang dilakukan Sri Sultan Hamengkubuwono X, memungkinkan dapat mengendurkan tanggung jawab Kesultanan Yogyakarta dalam menjaga hormonisasi antara ajaran Islam dan tradisi Jawa.
Pengajar sekolah pemikiran pendiri bangsa di Megawati Institute itu mengemukakan, sejak awal berdirinya Kerajaan Mataram hubungan antara ajaran Islam dan tradisi Jawa sudah dijaga sampai berurat akar.
"Sabda Sultan HB X kemungkinan dapat melepaskan tanggung jawab keluarga kerajaan untuk mengemban amanah rekonsiliasi tradisi yang telah berurat akar sedemikian lama yang dijaga oleh tradisi kekuasaan para pendahulunya," ujar Airlangga dalam akun Facebook-nya, Ahad (10/5).
Meskipun demikian dia tidak beranggapan bahwa Sabda Raja adalah buruk. Tapi akibat dari itu raja dan keluarganya akan menjadi lebih egaliter, setara dengan masyarakat Jawa lainya.
"Karena dengan demikian Sultan telah membawa keluarganya pada suatu langkah, di mana setelah ini bukan merekalah yang memiliki klaim untuk merawat persenyawaan Islam dan Jawa secara kultural di tanah Jawa ini," katanya.
"Beban itu telah ditinggalkan baginya, keluarga dan penerusnya. Setelah ini beliau dan keluarganya berdiri dan duduk setara dengan masyarakat Jawa lainnya," imbuhnya.