REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengunjungi makam kakek pendiri kekaisaran Ottoman Sulaiman Shah, Ahad (10/5). Dilansir dari the Guardian, makam tersebut terletak di perbatasan Turki dan Suriah. Sebelumnya makam berada di wilayah Suriah dan dipindahkan Februari lalu dalam operasi militer.
Pemerintah Suriah mengatakan kunjungan Davutoglu ke wilayah Suriah tanpa persetujuan. "Ini merupakan sebuah agresi terhadap negara berdaulat dan pelanggaran hukum serta perjanjian internasional," ujar mereka.
Sebelumnya Turki merelokasi makam yang melibatkan tank, pesawat tanpa awak dan pesawat pengintai serta ratusan pasukan darat. Dilansir Reuters, serangan itu merupakan yang pertma dilakukan Turki pada Suriah sejak perang saudara empat tahun lalu.
Pemerintah Turki memberitahu konsulat Suriah terkait operasi Februari tanpa persetujuan Suriah. Satu tentara saat itu tewas dalam kecelakaan meski bentrokan tidak terjadi. Pasukan Turki beralasan menyelamatkan 40 tentaranya karena dikepung ISIS saat menjaga makam. Sebanyak 38 tentara selamat saat operasi tersebut.
Biasanya pasukan penjaga makam di rolling setiap enam bulan sekali. Namun mereka terjebak selama delapan bulan oleh ISIS. Turki menganggap Suriah melanggar perjanjian terkait makam tersebut. Makam Sulaiman Shah bagian dari situs Suriah yang berada di wilayah kedaulatan Turki pada perjanjian 1921.
Perdana Menteri Ahmet Davutoglu mengatakan sisa-sisa Sulaiman Shah bersama peninggalan leluhur telah dibawa kembali ke Turki. Sebanyak 600 tentara termasukan kopasus telah mengambil bagian dari operasi. Turki enggan untuk bergabung dalam kampanye militer AS untuk melawan ISIS. Namun ISIS mulai maju untuk menguasi makam yang erada di tepi Sungai Efrat.
Davutoglu mengatakan Turki akan mmebalas setiap serangan yang dilakukan terhadap makam yang terletak 37 kilometer dari perbatasan Suriah. Makam kemudian dipindahkan ke wilayah Kurdi di utara desa Esmesi.