REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan tragedi Mei 1998 silam memasuki tahun ke-17. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengklaim pemerintah telah berusaha mengusut kasus kerusuhan tersebut.
"Ini kan kalau pemerintah dari pemerintah satu ke pemerintah berikutnya telah berusaha dengan baik," kata Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (12/5).
Bahkan, pengusutan telah dilakukan hingga luar negeri, seperti uji balistik yang dilakukan di Belanda. Segala upaya untuk mengusut tragedi ini, tambah JK, telah ditempuh. Namun, ia juga mengaku memahami jika hasil upaya penyelidikan pemerintah belum memuaskan seluruh pihak.
Wapres pun mengingatkan tragedi ini tak hanya terjadi di Indonesia, bahkan terjadi di Amerika. "Presidennya terbunuh sampai sekarang tidak tahu siapa yang bunuh. AS jelas-jelas ada yang tembak. Tentu kita sudah usaha keras dan selalu berusaha," tegas Kalla.
Seperti diketahui, nasib para korban yang hilang dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) hingga saat ini masih belum jelas. Kepala Divisi Pemantauan Impunitas Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Feri Kusuma mengatakan, sebelum terjadi reformasi diduga terjadi banyak pelanggaran HAM.
"Namun, belum diselesaikan secara berkeadilan. Sampai sekarang keluarga korban menuntut keadilan," katanya di Jakarta, Senin (11/5).
Menurutnya, segala upaya telah ditempuh hingga ke meja hijau untuk mengusut tuntas kasus ini. Dia menjelaskan, ada tujuh berkas pelanggaran HAM di masa lalu yang diserahkan ke jaksa agung maupun Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM).