REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, mengatakan, perubahan umat Muslim Indonesia terjadi tidak hanya pada tingkat intelektual atau pemikiran. Tetapi juga pada tingkat kelembagaan.
“Perubahan kedua aspek ini berkaitan erat satu sama lain.” Kata Azyumardi Azra, di kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Selasa (12/5). Menurut Azyumardi Azra, perubahan pada tingkat kelembagaan merupakan pengejawantahan atau aktualisasi dari perubahan dan perkembangan yang terjadi pada tingkat pemikiran.
Azyumar menjelaskan, seratus tahun kebangkitan nasional (1908) dan beyond menuju 100 tahun kemerdekaan Indonesia (1945), Islam Indonesia mengalami berbagai perkembangan yang sangat menarik dicermati. “Perkembangan tersebut merupakan kontiunitas tradisi dan aktualisasi historis selama berabad-abad perjalanan Islam di Indonesia.” Katanya.
Namun, sebagian perkembangan itu pada dasarnya juga merefleksi berbagai perubahan cukup signifikan (transformasi), dalam perjalanan Islam di negeri ini, yang kemudian diikuti perubahan politik Islam Orde baru . “Jadi, secara keseluruhan, kita dapat berbicara tentang continuity and changes dalam Islam Indonesia, khususnya aspek intelektual, kelembagaan sosial-keagamaan, dan pranata ritual.” Kata Azyumardi yang juga selaku pembicara dalam acara seminar pra muktamar muhammadiyah.
Azyumar menjelaskan, Islam Politik adalah Islam yang dipresentasikan partai Islam yang terlibat dalam proses politik demokrasi sebagai usaha mencapai agenda politik tertentu seperti penerapan syariah Islam dan pendiri sebuah negara Islam. Selain itu, Islam politik juga pernah dipresentasikan Masyumi, NU, sejumlah partai gurem (1950-an), PPP (masa orde), dan sejumlah partai politik Islam baru seperti PKS, dan PBB.
“Masih banyak lagi pada pasca orde baru.” Kata Azumardi.