REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Abdul Gaffar Karim menyarankan Partai Demokrat tidak lagi menunjuk posisi sekretaris jenderal (sekjen) dari klan keluarga Cikeas.
Hal ini dilakukan setelah Susilo Bambang Yudhoyono kembali menjadi ketua umum partai belambang mercy periode 2015-2020 ini. "Idealnya posisi sekjen bukan ditempati orang keluarga Cikeas," kata Gaffar saat dihubungi ROL, Selasa (13/5).
Menurutnya, hal ini ditujukan agar menghindari persepsi partai keluarga yang selama ini tercitrakan di partai berlambang mercy itu. Jika anggota keluarga SBY kembali menjabat posisi sekjen maka publik akan semakin melihat politik keluarga yang terjadi di partai besar ini.
Ia menyebut Demokrat memiliki banyak tokoh-tokoh yang seharusnya bisa menjadi pendamping Mantan Presiden Indonesia itu memimpin dalam lima tahun ke depan. Walaupun ia tidak bisa menyebut elit siapa yang dirasa mumpuni untuk menjabat posisi tersebut.
SBY akhirnya terpilih secara aklamasi dalam kongres yang berlangsung di Surabaya. Proses aklamasi dilakukan ketika calon lain yakni I Gede Pasek mengundurkan diri dari pencalonan.
Sebelumnya anak SBY yang juga menjabat posisi sekjen sebelumnya Edhi Baskoro Yudhoyono mengatakan siap jika ditunjuk menjadi sekjen mendampingi ketua umum. Hanya saja banyak pihak yang menyebut jika Ibas kembali pada posisinya maka Demokrat akan terjebak kembali pada partai keluarga.