REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA -- Para legislator Amerika hari Selasa (12/5) mengadakan sidang dengar keterangan untuk menilai potensi risiko dan keuntungan dari memperpanjang perjanjian kerjasama tenaga nuklir dengan Cina.
Dua pejabat keamanan nuklir senior memberi kesaksian di hadapan Komisi Hubungan Luar Negeri Senat. Mereka adalah Asisten Menteri Luar Negeri bidang Keamanan Internasional dan Nonproliferasi Thomas Countryman, serta Letjen purnawirawan Frank Klotz, Wakil Menteri Energi urusan Keamanan Nuklir dan Administrator pada Kantor Keamanan Nuklir Nasional.
Sidang dengar keterangan itu berlangsung satu hari setelah rapat tertutup komite itu dengan lima pejabat pemerintahan Obama mengenai rencana memperpanjang perjanjian tersebut 30 tahun lagi.
Presiden Barack Obama menghendaki Kongres agar mengesahkan perjanjian baru dengan Beijing, seraya menyatakan perpanjangan persetujuan itu akan memberi “kerangka kerja menyeluruh untuk kerjasama nuklir damai dengan Cina yang didasarkan pada komitmen bersama bagi nonproliferasi nuklir.”
Suatu perjanjian baru akan membuat Cina, pasar tenaga nuklir terbesar di dunia, dapat membeli lebih banyak lagi reaktor yang didesain Amerika dan teknologi nuklir lainnya untuk mengolah kembali plutonium dari limbah bahan bakar nuklir.
Perjanjian Amerika-Cina yang berlaku 30 tahun sekarang ini akan kedaluwarsa pada akhir tahun ini.
Kongres memiliki waktu 90 hari untuk mengevaluasi perjanjian tersebut. Jika Kongres tidak mengambil tindakan sebelum masa evaluasi berakhir, perjanjian itu otomatis akan berlaku.
Para anggota penting Komisi Hubungan Luar Negeri Senat telah berjanji akan meninjau dengan cermat ketentuan-ketentuan dalam perjanjian itu, terutama karena Amerika dan Cina adalah dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.