REPUBLIKA.CO.ID, KHATMANDU -- Badan PBB untuk kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, UNICEF, mengatakan gempa dahsyat berkekuatan 7,3 SR kembali mengguncang Nepal untuk kedua kalinya setelah gempa berkekuatan 7,8 SR menerpa pada 25 April lalu.
"Kami mengira bangunan akan runtuh dan meski getaran terus terjadi selama beberapa waktu, akhirnya berhenti juga. Kami semua selamat," kata salah satu staf UNICEF yang beroperasi di Nepal, Kent Page, dalam keterangan pers yang diterima dari Kathmandu, Rabu (13/5).
Gempa terjadi pada pukul 12.35 waktu Nepal dengan pusat gempa yang berjarak sekitar 76 km dari arah timur Kathmandu. Setelah dua pekan sejak gempa terakhir yang menewaskan lebih dari 8.000 orang, gempa dahsyat kedua ini menewaskan sedikitnya 48 orang dan mengakibatkan lebih dari 1.000 orang luka-luka.
Seperti yang dikutip dari BBC, gempa yang juga menewaskan 17 orang di India tersebut mengguncang wilayah timur Nepal, tepatnya di wilayah perbatasan Tiongkok. Guncangan terakhir terjadi dekat kota Namche Bazaar dan mengakibatkan ribuan warga panik hingga berlarian ke jalan di ibu kota Nepal, Kathmandu.
Gempa kedua kalinya yang menerpa Nepal ini mengejutkan masyarakat yang masih trauma dan mengakibatkan kembali jatuhnya korban jiwa serta kerusakan. "Kami sangat prihatin akan dampak gempa bumi kedua terhadap anak-anak di Nepal, terutama terhadap kondisi psikososial mereka karena gempa bumi adalah pengalaman yang mengerikan," kata Kent.
UNICEF menilai kondisi anak-anak dan keluarga di wilayah yang terdampak gempa sangat menyedihkan apalagi dengan hujan deras yang datang di luar musim. Dengan datangnya perubahan iklim esktrem (monsoon) beberapa pekan lagi, risiko anak-anak tertular penyakit, seperti kolera dan diare juga semakin tinggi.
UNICEF terus mendukung 1,7 juta anak yang terdampak oleh dua gempa bumi dahsyat di Nepal dengan memberi bantuan kesehatan, nutrisi, perlindungan anak, air, sanitasi dan pendidikan darurat. Hingga kini, tempat berlindung, air bersih dan makanan masih menjadi kebutuhan yang paling mendesak.