Kamis 14 May 2015 01:06 WIB

Harga Semen Rp 1 Juta di Papua, ini Solusi Pemerintah

Rep: c85/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja melakukan bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (30/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja melakukan bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo sempat melontarkan pernyataan bahwa harga semen di Papua bisa melonjak hingga Rp 1 juta per sak semen. Saat itu, Jokowi menyebut, mahalnya semen di Papua karena biaya transportasi yang mahal dari Jawa atau sentra semen di Indonesia bagian barat menuju ke Papua. Berangkat dari pernyataan presiden itulah kemudian Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melakukan penyelidikan.

Menko Maritim Indroyono Soesilo mengungkapkan, saat diselidiki oleh timnya, ternyata harga semen di Jayapura belum lah melonjak tajam. Bila dibandingkan, katanya, harga semen di Jakarta sebesar Rp 50 ribu, sedangkan di Jayapura seharga Rp 80 ribu per sak. Harga mulai mahal, ketika sudah sampai di daerah pelosok seperti Wamena.

"Artinya yang bikin mahal itu dari Jayapura sampai ke Wamena," ujar Indroyono, di kantornya, Jakarta, Rabu (13/5).

Mengatasi hal ini, Indroyono menuturkan, dia memiliki ide untuk mencharter pesawat Hercules milik TNI AU yang mampu mengangkut muatan hingga 13,5 ton atau 13.500 kilogram. Jika semen dari Jayapura ke Wamena diangkut dengan menggunakan Hercules ini maka, ongkos angkutnya sekitar Rp 150.000 per sak.

Jika ide ini terealisasi, maka harga semen di Wamena tidak akan mencapai Rp 1 juta per sak, tetapi hanya Rp 250.000 per sak. "Ini mau saya coba," kata Indroyono.

Ketika ditanya perihal yang menanggung ongkos angkut dengan Hercules, Indroyono menegaskan tentunya pihak swasta yang menanggung. Namun, kemungkinan pemerintah akan menanggung di awalnya. Jika ide ini berjalan, lanjutnya, setidaknya masalah semen di Papua yang mahal bisa teratasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement