REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Remaja asal Kediri, Jawa Timur, Septian Satria Bagaskara (17) mendapatkan kesempatan berlatih ke Manchester United, Inggris, dengan rekan-rekannya dalam satu tim setelah melalui seleksi ketat di Malang, April 2015.
"Seleksinya ketat. Awalnya diambil 16 klub (bertanding) lalu kami diseleksi dan tinggal 11 orang," katanya ditemui di sela-sela latihan di Stadion Brawijaya, Kediri, Kamis (14/5).
Bagas selama ini bergabung dengan SSB Tripel S di Kabupaten Kediri. Klub itu ikut bertanding di Malang dan dirinya menjadi salah satu yang terpilih, mendapatkan tiket berlatih ke Manchester United.
Di Jawa Timur ada dua orang yang terpilih berkunjung ke Manchester United, yaitu Bagas bersama rekannya Erwin Prasetya dari Tulungagung. Rencananya, mereka berangkat ke Jakarta pada 21 Mei mendatang.
Bagas saat ini juga masih terus berlatih. Ia juga diminta bergabung dalam kesebelasan Kota Kediri untuk berlaga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Banyuwangi, yang akan berlangsung Juni 2015.
Ia mengaku sangat senang mendapatkan kesempatan bisa berkunjung ke Manchester United. Tiket itu sangat berharga, mengingat perjuangan untuk mendapatkannya tidak mudah, sebab saingannya juga cukup banyak.
Saat itu, ada sekitar 8.000 anak yang ikut seleksi. Mereka tergabung dalam klub-klub sepak bola dan berjuang demi mendapatkan tiket ke Manchester United. Ada 11 anak yang diberi kesempatan ke Manchester United.
Ibu Bagas, Wijiati mengatakan anaknya memang sudah menyukai dunia sepak bola sejak kecil. Karena minatnya, ia sudah memasukkan anak nomor duanya itu ke SSB Tripel S, Kabupaten Kediri dan masih bergabung sampai sekarang.
Ia juga mendukung penuh kegiatan anaknya untuk terus bermain di sepak bola. Setiap saat ia juga mendampingi anaknya itu berlatih, baik di lapangan ataupun di rumah dan memerhatikan segala kebutuhannya.
Sejumlah prestasi juga sudah ditorehkan anaknya itu, sejak bergabung dalam klub sepak bola. Anaknya pernah menjadi "Top Score" pada 2008 dan sejumlah penghargaan lain. Pada 2014, anaknya juga sempat mengikuti seleksi tim nasional, dan lolos dari Jatim, tapi akhirnya gagal di tingkat nasional.
Diakui, kegiatan anaknya ini juga memengaruhi pendidikannya. Saat ini, ia masih duduk di kelas dua SMAN 8 Kota Kediri. Walaupun pendidikannya terpengaruh, karena sering absen, anaknya tetap berusaha mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Perempuan yang juga menyukai bola voli ini juga mengaku prihatin dengan adanya kisruh di dunia sepak bola Indonesia. Ia berharap, ke depan kisruh itu segera ada jalan keluar, sehingga tidak sampai memengaruhi proses regenerasi pesepakbola di Indonesia.