REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia Ummi Salamah mengatakan, brand Jokowi harus mampu bertahan dan berkembang setelah mengungguli brand lain, seperti brand Prabowo Subianto dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
"Merek atau brand Jokowi tersebut harus mampu membuktikan sebagai brand yang tidak hanya kuat saat menjalani proses kampanye tetapi juga selama memerintah," ujar Ummi di Jakarta, Kamis (14/5).
Ketika kampanye Pilpres 2014 berlangsung, kekuatan dari dimensi kepribadian Jokowi adalah ketulusan dan kegairahan. Karena unsur kebaruan yang dibawa brand itu, kedua dimensi tersebut mendorong partisipasi publik yang luar biasa.
Partisipasi tersebut terjadi pada semua kanal kampanye melalui media massa dan sosial maupun berbagai kegiatan. Menurut dia, diimensi kepribadian brand Jokowi yang menonjol adalah merakyat, membumi, turun lapangan, ramahm dan jujur.
"Sifat-sifat tersebut, didukung oleh jejak rekam dan kebutuhan pemilih untuk mendapatkan pemimpin yang baru, yang berdampak positif pada elektabilitas Jokowi. Dan beliau berhasil memenangkan Pilpres 2014," kata Ummi Salamah yang meraih gelar doktor ilmu komunikasi politik pada 2014 lalu melalui disertasi tentang brand pemimpin politik itu.
Menurut Ummi, brand Jokowi harus mampu berkembang dan merambah dimensi kepribadian lain seperti pintar dan kompeten. "Selama enam bulan terakhir, dari pemberitaan di media massa dan publikasi jajak pendapat berbagai lembaga terlihat bahwa brand Jokowi belum berkembang atau berekspansi. Brand Jokowi harus mampu menunjukkan dimensi pintar dan kompeten," jelas dia.
Publik membutuhkan keyakinan bahwa Jokowi memiliki sifat-sifat yang menunjukan kemampuannya menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang seperti pengelolaan harga BBM, pertumbuhan ekonomi yang menurun dan nilai tukar rupiah yang melemah.
Belum muncul asosiasi-asosiasi baru terkait brand Jokowi yang menjadi indikator bahwa brand itu mengedepankan solusi masalah-masalah tersebut dan mampu menyelenggarakannya. "Jadi, brand Jokowi harus mampu berkembang berekspansi membangun dimensi-dimensi baru seperti pintar dan kompeten," katanya.
Dalam situasi yang kurang menguntungkan saat ini, khususnya terkait situasi ekonomi, publik akan mempersepsikannya secara positif dan akan memberikan dukungan terhadap Jokowi. "Sebaliknya, berdasarkan laporan berbagai lembaga jajak pendapat, dukungan publik menurun kalau dimensi-dimensi tersebut tidak mampu berkembang, maka dukungan publik akan terus meluncur turun," tukas dia.