REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) akan membuka lahan seluas 250 ribu hektare di Merauke Irian Jaya pada 2015 guna mengoptimalkan lahan serta menyediakan pangan nasional. Jenis lahan yang tersedia berupa rawa yang diyakini sebagai lahan sub optimal untuk kemudian dengan mengerahkan teknologi dan mekanisasi pertanian, lahan tersebut bisa menjadi optimal untuk memasok beras nasional.
"Sejak tanggal 8 Mei kita sudah melakukan pemantauan dan koordinasi, situasinya ada potensi 1,2 Juta hektare di Merauke yang flat dan akan dioptimalkan, tahun ini 250 ribu dulu," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementan Haryono pada konferensi pers, Jumat (15/5).
Ia optimis, ketika food estate berhasil, dibarengi ketersediaan benih unggul yang sudah tersedia, maka sumbangsih produksi padi bertambah hingga 1,5 juta ton dalam sekali panen, dan akan menjadi dua kali lipatnya dalam setahun jika penen dua kali.
Diceritakannya, lahan tersebut berbasis lahan pasang surut dengan kondisi air yang bagus. Di sana terdapat 160 kampung di mana seratus kampung merupakan penduduk lokal. Mereka sudah mengetahui budaya tanam padi dan bisa menggunakan alat pertanian berbasis teknologi barj. Makanya Haryono optimis akan dapat juga mengembangkan ekonomi masyarakat, di samping mengoptimalkan lahan untuk pangan.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring mengungkapkan, Kabupaten Merauke di Papua dipilih sebagai lokasi pembangunan food estate karena potensi lahannya yang sangat besar dan terhampar datar. "Sejak zaman Belanda, Merauke sudah diproyeksikan untuk menjadi lumbung pangan, bukan hanya untuk Nusantara tapi juga untuk kawasan Pasifik," tuturnya.
Diakuinya, ketersediaan tenaga kerja untuk pertanian di Merauke memang sangat minim, karena itu masuknya alat-alat mesin pertanian berteknologi tinggi akan menjadi bagian dari fokus penting dalam menunjang keberhasilan proyek. Untuk tahap awal, food estate Merauke ditarget panen sekali dalam setahun.
Mengembangkan food estate di Merauke, lanjut dia, lebih mudah dibanding dengan di Kalimantan karena jenis tanah di Merauke lebih sesuai dengan tanaman padi. Namun, jalan menuju keberhasilannya bukan tanpa kendala. "Ada masalah kepemilikan lahan adat dan juga infrastruktur yang harus kita seriusi, juga adat istiadat yang harus jadi bahan pertimbangan serta transparansi untunh rugi," tuturnya.