Ahad 17 May 2015 14:25 WIB

Burundi Seret Lima Jenderal Pengkudeta ke Pengadilan

Rep: c 07/ Red: Indah Wulandari
Mayor Jenderal Godefroid Niyombare saat mengumumkan pembubaran pemerintah Burundi, Rabu (13/5).
Foto: reuters
Mayor Jenderal Godefroid Niyombare saat mengumumkan pembubaran pemerintah Burundi, Rabu (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID,BUJUMBURA -- Pemerintah Burundi menangkap 17 pejabat keamanan pada Sabtu (16/5). Lima di antaranya adalah jenderal yang dituduh melakukan kudeta untuk menggulingkan Presiden Pierre Nkurunziza.  

Ke-17 tersangka itu akan diadili di pengadilan sipil, dengan ancaman maksimum 15 tahun penjara.

Juru bicara Presiden  Gervais Abayehokudeta mengatakan, tersangka terdiri dari tiga jenderal dan dua jenderal polisi. Lainnya empat perwira berpangkat rendah dan delapan tentara. Diduga pemimpin kudeta, Mayjen Godefroid Niyombare masih buron.

Upaya kudeta dimulai ketika presiden Nkurunziza mengumumkan pencalonan dirinya untuk pemilu bulan Juni. Kubu oposisi mengatakan hal itu menentang konstitusi yang secara jelas menyebutkan presiden hanya dapat menjabat dua periode.

Nkurunziza mengatakan dirinya bisa menjabat untuk ketiga kalinya karena jabatan presiden pertamanya diberikan oleh parlemen pada tahun 2005 dan bukan merupakan hasil pemilu.

Aksi protes pun dilayangkan terhadap upaya Nkurunziza untuk tetap berkuasa, akhirnya pada Rabu (13/5) Niyombare melakukan kudeta,ketika Nkurunziza berada di Tanzania guna menghadiri pertemuan mengenai krisis pemilu di Burundi.

Miburo Anatole, pengacara dari tersangka Mayor Jenderal Cyrille Ndayirukiye., Mantan menteri pertahanan, dan dua kepala polisi mengungkapkan kliennya disiksa selama di penjara.

"Mereka telah dipukuli, diikat dengan tali dan mereka tidak memiliki sepatu dan kemeja," kata dia seperti dikutip dari AP, Ahad  (17/5).

Pengacara lainnya, Cyriaque Nibitegeka, mengatakan kliennya, seorang pejabat militer, dipaksa untuk mengaku di bawah todongan senjata dan mogok makan sejak penangkapan.

Sementara itu Christella Harerimana, seorang pengacara yang mewakili tiga tersangka, mengungkapkan salah satu kliennya telah berjalan tanpa alas kaki sejak ia ditangkap, kliennya tersebut ditahan di sebuah rumah daripada sel polisi, bertentangan dengan persyaratan hukum.

"Mereka telah melanggar hak asasi manusia mereka," kata Harerimana. Saat dikonfirmasi kebenarannya, juru bicara presiden menolak untuk mengomentari.

Para pejabat mengatakan hari Jumat bahwa Nkurunziza telah kembali ke ibukota meskipun ia belum terlihat di depan umum. Nkurunziza juga berterima kasih kepada pasukan keamanannya karena menghentikan upaya kudeta militer terhadap pemerintahannya.

Presiden Nkurunziza menyampaikan komentar tersebut dalam pidato yang disiarkan radio hari Jumat setelah kembali ke ibukota, Bujumbura, dengan iring-iringan kendaraan yang disambut gembira ribuan pendukung yang berbaris di jalanan.

Dia juga memperingatkan para pengunjuk rasa untuk berhenti berdemonstrasi menentang keputusannya untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga. Nkurunziza mengatakan kini negaranya damai dan mengatakan mereka yang menghendaki kekerasan tidak akan berhasil.

Meskipun kudeta terhadap Nkurunziza gagal, warga Bujumbura mengatakan mereka berencana untuk keluar dalam jumlah besar pada hari Senin (18/5).

Para pengunjuk rasa terus berupaya menggagalkan niat Nkurunziza  maju dalam pemilu untuk ketiga kalinya, karena bertentangan dengan aturan yang ditetapkan oleh konstitusi.

Akibat konflik ini, lebih dari 105.000 orang melarikan diri ke negara tetangga, termasuk ke Rwanda.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement