REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peristiwa Isra Mikraj menyiratkan kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah dan semestinya diimplementasikan umat ISlam Indonesia dalam mencapai kepemimpinan seperti beliau.
“Peristiwa Isra Mi'raj berkenaan dengan tahun kepahitan dan kesedihan bagi Rasulullah karena telah ditinggal wafat oleh dua orang yang mencintai dan dicintai Rasulullah, yaitu istrinya Siti Khadijah dan pamannya,Abu Thalib,” kata Sekretaris Umum Pengurus Pusat Persatuan Islam (Persis) Irfan Safruddin saat dihubungi Republika, Ahad (17/5).
Namun, dengan adanya Isra Miraj, Rasulullah bangkit dan menggerakkan para sahabat untuk bertauhid. Semangat itu, kata Irfan, membuat umat Islam bangkit dalam berbagai hal, termasuk kekuatan perang, kekuatan ekonomi, kekuatan politik, dan kekuatan sosial budaya.
Implementasinya bagi umat Islam di Indonesia, jelasnya, terkait keteladanan dalam kepemimpinan nasional.
"Siapa yang akan dijadikan teladan tokoh Islam nasional, sementara punya dukungan massa tidak terlalu banyak dan syahwat politiknya tinggi sehingga kepentingan pribadi dan golongan yang muncul,"katanya.
Lalu, terkait pula pembinaan umat, baik dalam aspek pendidikan politik dan pendidikan formal tidak menciptakan kader-kader yang berkarakter, penuh daya juang, dan penuh keikhlasan.