REPUBLIKA.CO.ID,RAMADI -- Kota Ramadi, Irak jatuh ke tangan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Mereka menduduki sebuah pangkalan militer di tepi ibu kota provinsi barat Irak, Ahad (17/5).
Polisi dan militer dibuat mundur setelah kekacauan pertempuran yang intens beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah pernyataan dari ISIS, kelompok itu mengaku telah menahan tangki bahan bakar dan membunuh puluhan orang pasukan keamanan Irak.
Sebelumnya, Perdana Menteri Haider al-Abadi telah memerintahkan tentaranya untuk berada di Ramadi dan menjaga agar ISIS tidak memperluas penguasaannya.
Namun, seorang perwira militer mengatakan bahwa sebagian pasukan telah mundur ke sebuah pangkalan militer di kota Khalidiya, sebelah timur Ramadi.
Pasukan pemerintah tersebut kehabisan amunisi dan tidak bisa mengusir serangan besar-besaran ISIS.
Seperti diberitakan laman BBC News, Senin (18/5), dari rekaman yang diposting di media sosial, terlihat kendaraan militer Irak mempercepat lajunya menjauhi Ramadi. Para tentara juga tampak bergantungan di sisi kendaraan.
Dikabarkan, kepergian pasukan Irak karena adanya serangkaian serangan bom mobil bunuh diri. Empat ledakan hampir terjadi secara simultan menyerang para polisi distrik Malaab di Ramadi selatan.
Kemudian, lebih dari tiga pelaku bom bunuh diri mengendarai mobil yang sarat bahan peledak ke gerbang markas militer Komando Operasi Anbar.
Hilangnya Ramadi, dinilai sebagai kemunduran yang sangat serius bagi pemerintah dan membuat para pejabat Irak khawatir.
Sebab, Ramadi merupakan ibu kota provinsi terbesar Irak, Anbar. Letaknya hanya 112 kilometer di barat ibu kota negara tersebut, Baghdad.
Provinsi Anbar mencakup bentangan luas negara bagian barat, dari ibu kota Baghdad ke perbatasan Suriah. Provinsi ini juga berisi jalan utama yang menghubungkan Irak ke Suriah dan Yordania.
Dilaporkan, ISIS telah menguasai lebih dari setengah wilayah Anbar tersebut.