Senin 18 May 2015 11:37 WIB
Kontroversi Nada Membaca Alquran

Membaca Alquran dengan Langgam Jawa Diperbolehkan, Asal..

Rep: c 93/ Red: Indah Wulandari
Mushaf Alquran.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Mushaf Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pembacaan Alquran dengan langgam Jawa masih bisa dilakukan asal dengan tajwid dan makhraj yang benar.

“Lagu dalam membaca Alquran kan beda-beda, bacaan orang Arab kan terkesan lurus-lurus, ketika mendengar yang dilantunkan orang-orang Mesir itu kan beda lagi, begitu pun kalau mendengar orang-orang Iran. Tapi, cara mengucapkan (makhraj) itu tidak ada beda,” kata Rektor Universitas Ibnu Chaldun Musni Umar, Senin (18/5).

Makhorijul huruf adalah merupakan tempat keluarnya huruf dalam melafalkan huruf Alquran. Pengertian makhraj dari segi bahasa, ujarnya,  adalah tempat keluar. Sedangkan dari segi istilah makhraj diartikan tempat keluarnya huruf.

Mengetahui tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyyah adalah sangat penting karena hal ini menjadi dasar dalam melafadkan huruf hijaiyyah secara benar.

Dalam ajaran Islam, lanjut dia, tidak boleh membaca Alquran yang aslinya berbahasa Arab, digantikan dengan tulisan dalam bahasa lain.

Sebelumnya, dalam peringatan Isra Mi'raj di Istana Negara, stasiun televisi menayangkan qari membaca Surah Alquran An-Najm ayat  1-15.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memaparkan, kekayaan langgam bacaan Alquran khas Nusantara yang dimiliki bangsa Indonesia memperkaya khazanah qiroah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement