REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Tak lama setelah Revolusi Iran dimulai pada 1979, penguasa teokratis baru Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini menjanjikan listrik, persediaan air dan layanan transportasi gratis ke seluruh rakyat Iran. Semua biaya tersebut menurut Khomeini saat itu, akan dibayarkan dari pendapatan minyak Iran dengan sistem ekonomi Islam.
Namun, sudah 35 tahun sejak Revolusi Islam mengguncang dunia, jutaan rakyat Iran masih hidup di bawah garis kemiskinan. Janji-janji pelayanan dasar gratis bagi rakyat masih digaungkan para penerus Khomeini, namun tak pernah direalisasikan.
Menurut laporan Al Arabiya pada Ahad (17/5), banyak rakyat Iran masih menghadapi masalah sehari-hari. Mulai dari memberi makan keluarga, membayar sewa serta berbagai tagihan untuk memenuhi kebutuhan.
Analis memperkirakan, 15 juta rakyat Iran hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka bahkan memperkirakan angka sebenarnya lebih tinggi. Laporan juga memperkirakan 10 dari 77 juta rakyat Iran mengaggur. Sementara ribuan lainnya tunawisma, hidup di jalanan.
Ahli Iran Hassan Hashemian mengatakan kepada Al Arabiya, Khomeini telah berjanji membawa situasi ekonomi yang lebih baik pada rakyat Iran dibanding di bawah era Shah. Namun janji tersebut tak pernah diwujudkan.
"Khomeini tak hanya tak mewujudkan janji-janji kepada rakyat Iran, namun ia juga menciptakan masalah yang lebih mendasar dari saat negara Iran pertama dibentuk," katanya.
Hashemian mengatakan, ekonomi Iran didominasi oleh jaringan bisnis rahasia dari mafia-mafia yang setia kepada ulama berkuasa. Selain itu keputusan Khomeini memperpanjang perang Iran-Irak juga menambah masalah pada perekonomian Iran.
"Sepanjang tahun jaringan (mafia) ini telah menjadi akar penyebab masalah ekonomi selain faktor eksternal," uajr Hashemian.