Senin 18 May 2015 16:45 WIB

Lebih Penting Memahami Makna dan Mengamalkan Nilai-Nilai Alquran

Rep: c93/ Red: Damanhuri Zuhri
Mushaf Alquran.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Mushaf Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam B Prasodjo mengungkapkan, tidak penting berdebat dan mempermasalahkan langgam mana yang harus dilantunkan dalam mebaca Alquran.

Lebih penting lagi, kata Imam, memahami makna dan melaksanakan nilai-nilai universal yang terkandung dalam setiap ayat Alquran.

 

“Kita harus cermat juga mengarahkan dialog. Mana yang harus dibawa ke arah yang sifatnya substantif dan mana yang tidak,” kata Imam B Prasodjo saat dihubungi Republika, Senin (18/5).

 

Imam melanjutkan, yang harusnya dipermasalahkan adalah orang Islam yang tidak mau membaca Alquran. Atau, lebih bermasalah lagi ketika seseorang yang fasih membaca Alquran, tetapi dalam praktek kehidupannya bersikap kontradiktif dengan semangat isi Alquran. “Banyak orang fasih Alquran tetapi korupsi. Itu yang lebih harus dipersoalkan,” tambah dia.

 

Seperti diketahui, dalam sebuah acara, stasiun televisi negara menayangkan qari membaca Alquran dengan langgam Jawa. Tampak Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin serius mendengarkan cara qari membacakan surat An-Najm ayat  1-15.

 

Menag memaparkan Kekayaan langgam bacaan Alquran khas nusantara yang dimiliki bangsa Indonesia memperkaya khazanah qiraah kita.

''Kita perlu menunjukkan kepada dunia sesunguhnya kita memiliki kekayaan yang terkait dengan Alquran, tak hanya pada iluminasi Al-quran atau penulisannya tapi qiraah-nya juga,'' ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement