REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam B Prasodjo mengungkapkan, tidak penting berdebat dan mempermasalahkan langgam mana yang harus dilantunkan dalam mebaca Alquran.
Lebih penting lagi, kata Imam, memahami makna dan melaksanakan nilai-nilai universal yang terkandung dalam setiap ayat Alquran.
“Kita harus cermat juga mengarahkan dialog. Mana yang harus dibawa ke arah yang sifatnya substantif dan mana yang tidak,” kata Imam B Prasodjo saat dihubungi Republika, Senin (18/5).
Imam melanjutkan, yang harusnya dipermasalahkan adalah orang Islam yang tidak mau membaca Alquran. Atau, lebih bermasalah lagi ketika seseorang yang fasih membaca Alquran, tetapi dalam praktek kehidupannya bersikap kontradiktif dengan semangat isi Alquran. “Banyak orang fasih Alquran tetapi korupsi. Itu yang lebih harus dipersoalkan,” tambah dia.
Seperti diketahui, dalam sebuah acara, stasiun televisi negara menayangkan qari membaca Alquran dengan langgam Jawa. Tampak Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin serius mendengarkan cara qari membacakan surat An-Najm ayat 1-15.
Menag memaparkan Kekayaan langgam bacaan Alquran khas nusantara yang dimiliki bangsa Indonesia memperkaya khazanah qiraah kita.
''Kita perlu menunjukkan kepada dunia sesunguhnya kita memiliki kekayaan yang terkait dengan Alquran, tak hanya pada iluminasi Al-quran atau penulisannya tapi qiraah-nya juga,'' ujarnya.