Senin 18 May 2015 18:20 WIB

Orang Utan di Taman Satwa Kandi Mati Akibat Kelalaian Kandang

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Maman Sudiaman
Akibat kelalaian kandang, Sari akhirnya mati.
Foto: dok BKSDA
Akibat kelalaian kandang, Sari akhirnya mati.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Seekor urangutan dewasa berusia 15 tahun 'Sari' ditemukan mati akibat kelalaian dalam kandangnya di Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto, Sumatra Barat (Sumbar). Sari mati setelah sebelumnya mendapat perawatan di klinik Dinas Peternakan Provinsi Sumbar, Sabtu (16/5) lalu.

"Dari pihak lembaga konservatif menyampaikan ada satu ekor orangutan dikarantinakan sakit, karena kelalaian di kandang," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Margo Utomo di Padang, Senin (18/5).

Ia menjelaskan, Sari dibawa ke Dinas Peternakan pada 13 Mei lalu. Menurut hasil pemeriksaan dokter, ujarnya, Sari mangalami patah tulang pada lengan kiri dan selangkangan kanan.

Dikatakannya, kondisi Sari saat itu dalam keadaan hamil tiga bulan. Sesuai aturan, kata dia, Sari berada dalam kandang karantina.

Namun, berdasarkan keterangan petugas yang disampaikan kepada BKSDA, tutur Margo, kandang karantina tersebut bersebelahan dengan dua kandang orangutan dewasa berjenis kelamin jantan. Saat itu, dua pejantan tersebut mengalami libido seks alami.

"Karena di kandang tersebut ada dua jantan, memperebutkan betina itu. Karena diperebutkan, terjadi korbannya adalah betina,"  ungkapnya.

Awalnya, Margo mengatakan, jika kondisi Sari memungkinkan, pada 15 Mei, dokter akan melakukan kuret. Namun, ternyata informasi yang didapatkan justru Sari meninggal dunia.

Sari, lanjut Mango, merupakan orang hutan yang berasal dari Taman Marga Satwa Gembiraloka, Yogyakarta. Sari ditempatkan di Kota Sawahlunto pada September 2010 dan telah mempunyai satu orang anak pada 2014.

"Hasil outopsi mudah-mudahan bisa segera keluar," kata Margo.

Selanjutnya, ia mengatakan, BKSDA akan segera melakukan evaluasi ihwal kondisi kebun binatang tersebut, mulai dari pakan, kandang, tenaga medis dan lain sebagainya.

"Tenaga pengelola masih kurang. Mei tenaga medisnya mengajukan pindah. Ini kendala utama pengelola kami," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement