REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Kuba akan kembali melakukan pertemuan untuk memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat. Dua musuh lama tersebut dijadwalkan bertemu di Washington, Kamis (21/5).
Keduanya akan melakukan sesi negosiasi keempat untuk mendirikan kembali hubungan diplomatik. Hubungan keduanya diputus pada 1961 silam di tengah ketegangan Perang Dingin.
Wakil Direktur untuk urusan AS di Kementerian Luar Negeri Kuba, Gustavo Machin mengatakan jika hubungan diplomatik berhasil dipulihkan, maka akan ditingkatkan ke kedutaan. Meski kemajuan telah dibuat, kedua belah pihak masih perlu mencapai kesepakatan tentang pelaksanaan diplomat.
Kuba ingin Amerika menghentikan program pelatihan jurnalistik dan internet yang dianggap subversip dan melanggar diplomasi pada konvensi Wina.
"Kami tidak melihat hambatan melainkan persoalan untuk menyelesaikan dan berdiskusi," ujarnya.
Kuba merupakan salah satu negara yang mengontrol ketat medianya dan memblokir situs yang dijalankan wartawan independen. Kuba memandang program misi AS di Havana subversip dan sisa-sisa kebijakan AS mengubah rezim di Kuba.
"Kita harus memiliki interpretasi yang sama tentang apa yang ditetapkan dalam aturan konvensi Wina," lanjut Machin.
Amerika Serikat melihat program sebagai fungsi diplomatik yang sama seperti yang dilakukan kedutaan besar negara-negara lain di Havana. Begitu juga dengan apa yang dilakukan kedutaan Kuba di seluruh dunia.
Pekan lalu Presiden Kuba, Raul Castro mengeluh bahwa ia tak sepakat menerima pelatihan 'ilegal' bagi kepentingan AS. Sementara AS menginginkan kebebasan bergerak bagi diplomat yang saat ini perlu izin untuk meninggalkan Havana.
Sejak Castro dan Presiden AS Barack Obama Desember lalu mengumumkan rencananya untuk memulihkan hubungan kedua musuh tersebut, negosiator telah bertemu dua kali di Havana dan sekali di Washington. Kedua presiden juga bertemu pada April lalu dalam pertemuan puncak di Panama. "Pada Kuba, kami tidak dalam urusan untuk perubahan rezim," kata Obama saat itu.
Machin menolak memperkirakan berapa lama kedua negara bisa mencapai kesepakatan. Namun, ia mengatakan bila pertemuan Kamis nanti mmungkin menjadi yang terakhir.
Bulan lalu, AS mengatakan akan menghapus Kuba dari daftar negara sponsor terorisme yang efektif pada 29 Mei. "Keputusan itu membantu Kuba menemukan bank dan menciptakan kondisi menguntungkan bagi pembentukan kembali hubungan diplomatik," kata Machin.
Sebab, keputusan AS yang memasukkan Kuba ke dalam daftar sponsor terorisme sempat membuat Kuba kesulitan. Beberapa perusahaan enggan melakukan bisnis dengan Kuba begitu juga dengan bank yang enggan menangani rekening Kuba di AS.