Rabu 20 May 2015 10:59 WIB

Tigerair Australia Paling Banyak Mendapat Keluhan Pelanggan

Red:

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tigerair adalah perusahaan penerbangan nasional paling kecil di Australia namun mereka mendapat keluhan paling banyak dari pelanggan.

Laporan tahun 2014 yang dibuat oleh Lembaga Advokasi Pelanggan Pesawat (ACA) bentukan pemerintah Federal menyebutkan bahwa Tigerair menerima keluhan dua kali lipat dibandingkan seluruh laporan tiga perusahaan lainnya.

Tiga perusahaan lainnya itu Qantas, Jetstar dan Virgin mengangkut 65 juta penumpang sementara Tigerair hanya mengangkut 3,3 juta penumpang tahun lalu.

Para penumpang Tigerair paling banyak mengeluhkan soal permintaan pembayaran kembali yang tidak berhasil, pembatalan dan penundaan penerbangan, persyaratan penerbangan yang tidak fair, biaya tidak terduga, dan pelayanan pelanggan yang tidak memadai di bandara.

Kepala komunikasi Tigerair Vanessa Regan, mengatakan kinerja mereka sekarang sudah meningkat.

"Laporan ini sebenarnya adalah untuk tahun kalender Januari sampai Desember 2014," kata Regan baru-baru ini.

"Ini tidak memasukkan sejumlah perbaikan yang sudah kami terapkan dalam waktu belakangan, yang tidak saja meningkatkan performa ketepatan waktu, namun juga peningkatan kepuasan pelanggan.

"Yang juga penting diingat adalah kami adalah perusahaan penerbangan biaya rendah, dan itu artinya kami tidak mengembalikan tiket pesawat yang tidak digunakan."

"Inilah satu cara untuk membuat harga tiket kami tetap rendah."

Meskipun Tigerair berjanji untuk memperbaiki diri, laporan ACA kembali menguatkan posisi Tiger sebagai perusahaan penerbangan yang paling banyak mendapat keluhan.

Tidak saja ini terjadi untuk tahun ketiga berturut-turut, namun jumlah keluhan tahun lalu juga meningkat dari sisi jumlahnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement