REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kementerian Luar Negeri Myanmar mengumumkan pada Rabu (20/5), bahwa negara tersebut siap menawarkan bantuan kemanusiaan kepada siapa saja yang menderita di lautan.
Pernyataan tersebut merujuk pada para pengungsi Bangladesh dan Rohingya, yang mengungsi dengan kapal dan mengalami kesulitan di lautan.
Channel News Asia melaporkan, pernyataan tersebut dilontarkan saat sejumlah negara ASEAN bertemu untuk membahas masalah ini di Kuala Lumpur. Pemerintah Myanmar melalui Kementerian Luar Negerinya mengatakan, Myanmar ikut peduli dengan apa yang dikhawatirakan masyarakat internasional.
"Myanmar siap untuk memberikan bantuan kemanusiaan pada siapa saja yang menderita di laut," ungkap pernyataan.
Pernyataan keluar setelah PBB memperingatkan adanya ribuan migran termasuk pengungsi Rohingya, yang dianiaya. Mereka kini menurut PBB terdampar di lepas pantai di sejumlah negara di ASEAN.
Selama ini Myanmar menolak untuk disalahkan terkait kasus migran Rohingya. Kepala kantor Presiden Myanmar Mayor Zaq Htay mengatakan, mereka tak mengabaikan masalah migran.
"Kami tak akan menerima tuduhan yang menyatakan Myanmar sebagai sumber masalah," katanya.
Menolak disalahkan terkait Rohingya, Myanmar malah menyalahkan sejumlah negara tetangganya mengenai krisisi ini. Menurut Zaw Htay, mendorong kembali pengungsi ke laut merupakan tindakan yang tak manusiawi.
"Dari sudut pandang kemanusiaan, itu menyedihkan melihat orang-orang itu didorong ke laut oleh beberapa negara," ungkap Zaw Htay.
Ribuan pengungsi yang mayoritas merupakan Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar dengan menggunakan kapal penuh sesak pengungsi. Mereka mencapai Malaysia dan Indonesia. Selama ini Malaysia bahkan telah menerima lebih dari 45 ribu Rohingya. Namun kini Malaysia mengatakan tak bisa lagi menerima hal ini, hal yang sama disuarakan Indonesia dan Thailand.