Kamis 21 May 2015 10:52 WIB
Kontroversi Nada Membaca Alquran

Ulama Al Azhar Kairo Izinkan Bacaan Alquran Berlanggam Jawa

Rep: C30/ Red: Indah Wulandari
Tilawan Alquran dengan Langgam Jawa
Foto: Youtube
Tilawan Alquran dengan Langgam Jawa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembacaan Alquran berlanggam Jawa ternyata telah mendapatkan persetujuan dari ulama dari Al Azhar, Kairo, Mesir.

“Kita melakukan sesuatu ada landasannya, bukan karena Presidennya dari Jawa terus kita yang membaca tilawah pun menggunakan langgam Jawa,” kata Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama Rahman Mas’ud, Kamis  (21/5).

Hal itu ia kemukakan untuk mengklarifikasi kontroversi tilawah langgam Jawa dari Surah Alquran An-Najm ayat  1 – 15 yang dibacakan oleh Yasser Arafat di Istana Negara, Jumat (15/5) lalu dalam acara Isra Mikraj yang dihadiri Presiden  Joko Widodo dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Landasan itu, menurut Mas’ud, sudah sangat jelas. Mayoritas ulama membolehkan, baik itu ulama internasional Al-Azhar, Kairo, Mesir dan ulama-ulama lokal seperti yang sudah dikonfirmasinya di pesantren-pesantren. Salah satunya, dari pesantren Yambuul Qur’an Kudus yang diasuh Gus Ulin Nuha dan Gus Albab.

“Yang saya temui adalah Gus Albab,” ujar Mas’ud

Pandangan dari Gus Albab juga tidak mempermasalahkan langgam tersebut. Selama ayat Alquran yang dibacakan dengan langgam tertentu tidak mengurangi kekhusyukan, tidak menyalahi aturan tajwid, dan tak merusak makhrojul huruf.

“Buka surat Al-Muzammil ayat empat, ‘bacalah Alquran dengan tartil’ dengan tartil berarti dengan ketenang, dengan kekhusuan, masuk dalam hati dan mampu memahami dan meresapinya,” kata Mas’ud.

Menurut Mas’ud, selama Alquran dibaca dengan tartil, maka menggunakan alunan apapun seharusnya tidak ada larangan. Menurutnya, Alquran adalah membumi, bukan saja di Arab, namun ada juga di Medan, Jawa, Maroko, dan akan ditunggu langgam-langgam selanjutnya, seperti dari Bugis dan Sumatra.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement