REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Isu beras plastik kian meresahkan warga yang tinggal di sekitaran Kota Denpasar, Bali, akibatnya, beberapa kalangan lebih memilih membeli beras di tempat penggilingan padi yang berlokasi di Abiansemal, Kabupaten Badung.
"Saya takut membeli beras di pasar dan supermarket, takut beras yang saya beli bercampur plastik, lebih aman membeli beras langsung di penggilingan padi biar aman," kata Made Suastawa (60) seorang warga yang tinggal di pinggiran kota Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, beras yang berada di tempat penggilingan padi kondisinya bagus dan terawat. Para pembeli pun bisa melihat kondisi beras dari awal penggilingan sampai pengemasan.
"Saya memilih membeli di penggilingan padi meskipun jaraknya jauh sekitar sepuluh kilometer dari tempat tinggal saya di Denpasar, tetapi yang penting aman tidak bercampur dengan plastik yang membahayakan kesehatan," katanya.
Made Suastawa mengatakan, sudah membeli beras di penggilingan sejak satu minggu yang lalu dan sebelumnya membeli beras di toko langganannya di pasar Kumbasari, Denpasar yang lebih dekat. Dalam sebulan biasanya ia dan anggota keluarganya yang berjumlah tiga orang membutuhkan 25 kilogram beras.
Untuk memenuhi kebutuhannya saat ini, pihaknya cukup membeli satu sak beras berat 25 kg dengan membawa sepeda motor dari Denpasar ke tempat penggilingan padi di Abiansemal, Badung.
"Dulu seringan 'ngecer' kalau beli beras, sekarang sekalian saja beli 25 kg untuk kebutuhan sebulan karena tempat belinya jauh," ujarnya.
Lain lagi dengan Luh Indira (30) seorang pemilik warung makan di jalan Ahmad Yani, Denpasar. Pihaknya tetap membeli beras di pasar yang ada di dalam kota, namun hanya membeli yang tergolong produk beras lokal Bali saja.
Menurutnya, beras Bali sudah terjamin keasliannya meskipun harganya lebih mahal dari jenis beras yang lain seperti jenis beras asal Jawa dan Lombok.
"Dulu saya pakai beras asal Jawa, karena lebih murah, sekarang takut pakai beras Jawa lagi, takut di sana dicampur sama plastik," kata Indira.