REPUBLIKA.CO.ID, SURABYA -- Mantan Mendikbud Mohammad Nuh meminta Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU bisa menjadi motor untuk percepatan kualitas sumber daya manusia menyambut 100 tahun NU.
"Sebelas tahun lagi atau tahun 2026, NU akan berusia 100 tahun. NU harus steril dari politik praktis, karena hal itu justru mendorong perpecahan. Untuk itu, Maarif harus jadi motor," katanya, Sabtu (23/5).
Dalam peluncuran "Madrasah/Sekolah Unggulan" dan Lokakarya Pendidikan LP Maarif NU Jatim, Nuh menyatakan LP Maarif NU bisa menjadi motor yang mengembalikan NU pada tiga "khittah" (garis dasar perjuangan).
"NU itu didirikan di Surabaya pada tahun 1926 dengan tiga khittah yakni taswirul afkar (gerakan pemikiran), nahdlatut tujjar (kebangkitan saudagar), dan nahdlatul wathon (kebangkitan kebangsaan)," katanya.
Dalam Khittah 1926 NU itu, garis politik NU adalah politik kebangsaan, bukan politik praktis.
"Itu akan terwujud bila LP Maarif NU yang menjadi motor untuk mendorong taswirul afkar dan nahdlatut tujjar," katanya.
Menurut Ketua Umum Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) itu, implementasi dari taswirul afkar adalah lembaga pendidikan, sedangkan implementasi nahdlatut tujjar adalah lembaga keuangan/usaha.
"Kalau nahdlatul wathon itu tak perlu diragukan, karena siapapun tahu bahwa NU sangat mencintai NKRI, tapi taswirul afkar dan nahdlatut tujjar yang perlu didorong lagi dan Maarif bisa menjadi motor untuk itu," katanya.
Ia mengharapkan gagasan LP Maarif NU Jatim itu akan mencetak "ikon" 100 tahun NU.
"Paling tidak, NU harus punya tiga ikon, yakni ikon bidang pendidikan, ikon bidang kesehatan, dan ikon bidang usaha/ekonomi. Itu pun ada pada setiap kabupaten/kota," katanya.