REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk telah memiliki pabrik obat onkologi atau kanker sendiri di Pulogadung, Jakarta Timur, sejak awal tahun 2014 lalu. Hasilnya, harga obat kanker diklaim bisa ditekan sampai dengan 40 persen.
Pharma Director PT Kalbe Farma Tbk Michael Buyung Nugroho mengatakan, jika mengimpor obat kanker dari negara lain harganya jauh lebih mahal karena masih harus dibebani bea pajak masuk. Sehingga, dengan adanya pabrik maka biaya produksi obat rendah.
“Dengan adanya pabrik onkologi Kalbe dapat menekan harga obat kanker sampai dengan 40 persen,” katanya saat konferensi pers Kalbe Oncology Forum, di Jakarta, Sabtu (23/5).
Dia menambahkan, Indonesia tentu butuh obat yang bisa dijangkau semua kalangan dan kelas ekonomi. Sebab, kata dia, kanker tidak melihat kemampuan ekonomi dan orang bisa terkena penyakit mematikan ini.
Sejak dioperasikan tahun 2014 lalu, ia menyebutkan ada 11 jenis obat yang telah diproduksi dan lima obat masih menunggu izin dari pemerintah termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sehingga, pihaknya berharap ada 16 jenis obat kanker yang bisa diproduksi Kalbe tahun ini.
“Dengan adanya pabrik ini maka kalbe menyediakan obat kanker generik untuk memenuhi kebutuhan obat kanker dalam negeri. Khususnya mendukung program pemerintah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),” kata Direktur Manufaktur PT Kalbe Farma Tbk, Pre Agusta.
Dia menambahkan, produk obat kanker yang akan dihasilkan oleh pabrik ini antara lain Paxus, Carcan, Carboplatin, Ciscan, Cisplatin, dan Doxorubicin. Beberapa diakuinya telah dipasarkan di Indonesia dan saat ini dalam proses registrasi untuk dipasarkan juga di negara lain di kawasan Asia Tenggara. Kapasitas pabrik ini siap memproduksi sekitar 55 juta unit obat kanker jenis tablet dan injeksi per tahun.
Menurut data Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2012, pengobatan kanker menempati urutan kedua setelah hemodialisa yaitu mencapai Rp 144,7 miliar. Sementara itu menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, pada periode Januari-Juni 2014 dilaporkan pengobatan kanker untuk rawat jalan menempati urutan kedua dengan jumlah kasus 88.106 dan pembiayaan sebesar Rp 124,7 miliar. Sedangkan untuk rawat inap menempati urutan kelima dengan jumlah kasus 56.033 dan pembiayaan sebesar Rp 313,1 miliar.