REPUBLIKA.CO.ID, ARKTIK -- Lautan es di Samudra Arktik berada pada titik terendah bulan ini sejak tahun 1980-an. Cakupan es di sekitar Kutub Utara saat ini hanya 11,32 juta km persegi, dibandingkan dengan rata-rata selama 30 tahun yang berkisar 12,5 juta km persegi.
Angka ini bahkan lebih rendah dari 11,89 juta km persegi di tahun 2012, ketika cakupan laut es berada pada titik musim panas tertinggi. Es umumnya mencapai level terendah pada pertengahan September. Pada tahun 2012, hanya ada 3,2 juta km persegi es di laut Arktik.
Es di laut Arktik mengalami penurunan sekitar empat persen per dekade antara tahun 1978 sampai 1996, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dilansir dari Aljazirah, Ahad (24/5). IPCC memperkirakan, es laut menurun sebesar 20 persen pada tahun 2050.
Mencairnya es laut tidak mempengaruhi permukaan laut, tetapi mempengaruhi jumlah panas yang diserap. Biasanya es laut merefleksikan antara 50-70 persen dari radiasi matahari yang masuk, dibandingkan 7-10 persen air laut.
Hal ini mempercepat pemanasan di Kutub Utara, yang pada gilirannya, meningkatkan kemungkinan hilangnya es. Perlindungan yang diberikan untuk daerah pesisir berkurang. Akibatnya, dapat menghasilkan gelombang yang lebih tinggi, peningkatan badai, banjir dan erosi pantai.
Namun, hilangnya es di laut memiliki beberapa manfaat. Rute pengiriman yang sebelumnya tidak dapat dilalui akan terbuka untuk lalu lintas komersial. Misalnya, pelayaran antara Rotterdam, Belanda, dan Yokohama, Jepang, hemat 40 persen melalui rute Laut Utara dibandingkan dengan rute konvensional melalui Terusan Suez.