REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pengalaman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bekerja di Arab Saudi acapkali diwarnai kisah sedih, misalnya ketika dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari, lalu mereka terserang penyakit.
“Kebanyakan dari mereka terserang stroke sehingga menghambat mereka untuk bekerja pada majikannya,” ujar Sekretaris Ketiga KBRI Riyadh, Chairil Anhar Siregar kepada Republika melalui surat elektronik, Senin (25/5).
Tahun ini, hingga 20 Mei 2015 KBRI Riyadh telah memfasilitasi pemulangan lima TKI sakit ke Indonesia. Mereka adalah Abdurrahman Najmudin (asal Purwakarta, Jawa Barat) dan Cecep Sumiarsa (asal Cianjur, Jawa Barat).
Selain itu, sambung Chairil, Zaetun Binti Juminah Tahid (asal Lombok Timur, NTB), Sri Winarti Binti Hadi (asal Yogyakarta), dan Sani Haryanti Binti Kodin Sukatma (asal Malang, Jawa Timur).
“Dalam waktu dekat, KBRI Riyadh juga akan memfasilitasi pemulangan Marwati Prapto Ali (asal Kabupaten Bandung, Jawa Barat) yang terkena stroke dan Wasnah Binti Wastap Rusdi (asal Brebes, Jawa Tengah) yang akan didampingi langsung salah seorang pejabat KBRI Riyadh,“ ungkap Chairil.
Selain itu, sambung Chairil, terdapat satu TKI sakit yang menunggu proses pemulangan dan akan difasilitasi KBRI Riyadh yaitu Suhairy Binti Kasta, asal Cirebon.
Chairil mengungkapkan, upaya fasilitasi pemulangan TKI sakit dari Arab Saudi, terutama Riyadh bukanlah perkara mudah. Pertama-tama Tim Perlindungan WNI KBRI Riyadh harus memastikan seluruh gaji para TKI telah diterima oleh yang bersangkutan.
Sementara mereka berada dan tersebar di enam provinsi wilayah akreditasi KBRI Riyadh (Riyadh, Qassim, Hail, Timur, Sakaka dan Utara). Contohnya Sani Haryanti yang dirawat di Wadi Dawasir yang berjarak ± 656 km dari Riyadh.
Setelah memastikan pembayaran gaji, tim harus berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit untuk menjajaki kemungkinan pemulangannya, selain berkoordinasi dengan majikan untuk memastikan TKI sudah memperoleh izin exit only sebelum meninggalkan Arab Saudi.
Apabila semua telah diselesaikan, KBRI akan memfasilitasi pemulangan mereka ke Indonesia didampingi staf KBRI Riyadh.
“Terkadang kalau majikan kooperatif, mereka bersedia menyediakan tiket kepulangan, baik bagi si TKI yang sakit maupun bagi staf pendamping dari KBRI Riyadh. Itu semua tergantung negosiasi kami dengan majikan,” jelas Chairil.
Menurut Chairil, apapun permasalahan yang dihadapi para WNI/TKI di wilayah kerja KBRI Riyadh, Tim Perlindungan WNI akan senantiasa memberikan pelayanan dan perlindungan.
Karena tugas pelayanan dan perlindungan WNI adalah tugas utama dan prioritas KBRI Riyadh. “Kami siap melayani apapun permasalahan dan harapan yang dibutuhkan para WNI/TKI, 24 jam setiap hari dalam seminggu,” kata Chairil Anhar menjelaskan.