REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Bupati Sleman Sri Purnomo mengimbau agar masyarakat membeli beras lokal di tempat penggilingan padi untuk mengantisipasi peredaran beras plastik.
"Masyarakat harus beli beras dari Sleman. Karena Sleman sendiri sudah surplus beras 108 ribu ton. Tidak perlu beli beras yang bermerek," tutur Sri, Senin (25/5).
Namun, Sri mengatakan, Pemkab melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop), Dinas Pasar dan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DP2K) terus mengawasi hal ini.
Ia menambahkan, kualitas beras Sleman selama ini cukup dikenal secara nasional. Buktinya Sleman selalu menyuplai kebutuhan beras di Yogyakarta.
"Jika memang masyarakat menemukan ada beras yang diduga bercampur plastik harus segera melaporkannya kepada kami. Kami akan langsung menindaklanjutinya," katanya.
Berita mengenai beras plastik ini rupanya cukup membuat masyarakat resah. Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menanyakan keberadaan beras plastik pada penjual.
Pertanyaan tersebut tidak luput ditujukan ke tempat penggilingan beras. Seperti yang diungkapkan pemilik penggilingan padi di Dusun Lojajar, Sinduharjo, Ngaglik, Sum (55).
"Sejak tiga hari terakhir, beberapa pembeli beras bertanya ini beras plastik bukan. Mereka biasanya pembeli yang baru datang sekali. Kalau yang sudah langganan tidak tanya lagi," tutur Sum saat ditemui di pabrik penggilingannya.
Ia menuturkan, sehari-hari pabriknya menggiling padi hasil panennya sendiri atau dari petani lain.
Jenis gabah yang digiling C4 atau menthik wangi. Gabah ini merupakan jenis padi yang ditanam petani Ngaklik.
"Selama ini masyarakat yang datang untuk membeli beras, masih dalam partai kecil. Beberapa kilogram saja. Mereka rata-rata sudah jadi pelanggan di sini," ujarnya.
Sum mengakui, paska beredarnya isu beras plastik, aktivitas di pabrik penggilingannya tidak berubah.
Dalam sehari, ia bisa menggiling tiga sampai lima kuintal. Dengan biaya Rp 40 ribu per kuintal jika dedaknya tidak diambil. Jika dedaknya diambil, biayanya Rp 10 ribu.