REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Managing Director & Co-head of Asian Economic Research HSBC Frederic Neumann mengatakan melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan China berimbas kepada melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara berkekuatan ekonomi baru di Asia termasuk juga Indonesia.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2015 tidak mencapai target yang diharapkan dan hanya mampu tumbuh 4,71 persen. Pertumbuhan tersebut, terbilang melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama pada 2014 yang mencapai angka 5,4 persen.
Pelambatan laju ekonomi, lanjutnya, juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan pertama 2015 terhadap triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami penurunan sebesar 0,18 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musimam pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 14,63 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran lebih disebabkan oleh terkontraksinya kinerja investasi (minus 4,72 persen) dan ekspor (minus 5,98 persen).
Berdasarkan riset yang dilakukan HSBC Global Research, Neumann mengatakan saat ini nilai ketergantungan kredit negara-negara emeging asia termasuk Indonesia menunjukan tren peningkatan.
"Namun, Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat utang terendah dibandingkan dengan rasio Produk Domestik Bruto (PDB) di Asia," ujarnya di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (26/5).
Seperti diketahui, kelompok provinsi di pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB sebesar 58,30 persen diikuti oleh pulau Sumatera sebear 22,56 persen, dan Kalimantan sebesar 8,26 persen.