Selasa 26 May 2015 14:46 WIB

Soal Penindasan Rohingya, Penyuluh Buddha: Saya Sangat Malu dan Sedih

Kamp etnis Rohingya terbakar.
Foto: Reuters
Kamp etnis Rohingya terbakar.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN-- Tindakan penyiksaan yang dilakukan pemuka agama Buddha di Myanmar terhadap etnis Rohingnya sangat dikecam karena dapat mencemarkan ajaran agama tersebut.

"Saya sangat malu, sedih, juga mengutuk karena mencemari agama dan ajaran Buddha," kata Penyuluh Agama Buddha Kementerian Agama Kota Medan, Pandita Peter Lim di Medan, Sumut, Selasa (26/5).

Menurut dia, hampir seluruh umat Buddha di Kota Medan meyakini bahwa tindak penyiksaan yang dilakukan oknum-oknum bikhu di Myanmar tersebut bukan mencerminkan ajaran Buddha yang sebenarnya.

Pihaknya menyesalkan perilaku oknum bikhu di Myanmar yang sudah menetapkan tekad untuk menjalani jalan kesucian, tetapi justru melakukan penganiayaan seperti itu. Dalam agama Buddha, seluruh umatnya seluruh selalu diajarkan untuk menebarkan dharma dan kasih sayang sebagai bentuk penghormatan terhadap makhluk ciptaan Tuhan.

"Jangankan bikhu, kita yang umat biasa saja, tidak tega menyakiti makhluk hidup. Jangankan manusia, hewan pun tidak tega," tukas Pandita Peter Lim.

Ia menjelaskan, dalam etang buddha sasanang atau prinsip ajaran Buddha, ada tiga prinsip ajaran dalam hidup yang harus selalu menjadi acuan bagi penganut agama itu.

Ketiga perinsip tersebut adalah larangan berbuat kejahatan (saba papasa akaranam), memperbanyak kebajikan (kusalasa upa sampada), serta menyucikan hati dan pikiran (sacita dapriyo dapanam).

Melalui tiga ajaran utama tersebut, semua umat Budha harus dapat menghormati seluruh makhluk hidup, terutama manusia, karena akan membawa pengaruh dalam kehidupannya sendiri.

"Buddha tidak pernah mengajarkan kekerasan, karena umat Buddha meyakini bahwa apa yang diperbuat akan diwarisi," kata Wakil Ketua Forum Kerukunan Pemuka Agama (FKPA) Sumut itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement