Selasa 26 May 2015 15:30 WIB

Soal Beras Plastik, Guru Besar IPB: Itu Hoax

Rep: C32/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Beras Plastik
Foto: Antara/Risky Andrianto
Beras Plastik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas menginginkan masyarakat jangan terlalu berlebihan dalam mengkhawatirkan beras plastik. Menurutnya, walaupun Sucofindo telah mengeluarkan hasil laboratorium yang menilai temuan beras di Bekasi mengandung zat kimia, hasil tersebut belum tentu dianggap benar.

 

“Saya pribadi menyatakan beras plastik hanya hoax, dugaan saya paling hanya beras yang tercemar saja,” kata Dwi kepada ROL, Rabu (26/5). Menurutnya, jika Sucofindo telah mengeluarkan hasil labnya, tapi tidak memberikan kejelasan kepada publik berapa persentase kandungan yang sudah diteliti.

 

Lebih lanjut ia menjelaskan, adanya kandungan senyawa identik dengan plastik tidak dijelaskan secara detail. Menurutnya penting untuk mengetahui persentase kandungan tersebut apakah nilainya hanya skala kecil saja atau memang banyak.

 

“Makanya masyarakat jangan terlalu menganggap temuan beras di Bekasi itu merupakan beras plastik. Kalaupun hasilnya resmi dari BPOM positif, dugaan saya mungkin beras tersebut hanya tercemar oleh senyawa kimia plastik,” jelas Dwi.

 

Selain itu, menurutnya secara kasat mata beras plastik pasti bisa dibedakan secara jelas. Menurutnya, ada perbedaan yang cukup jelas atara bijih beras plastik dan bijih beras asli serta senyawa plastik harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan beras.

 

“Dugaan saya, beras itu hanya terkena proses polishing atau pemolesan berkali-kali dalam penggilingan pemutihan beras. Lalu beras tersebut kemudian tercampur dengan bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki seperti bahan plastik. Namun kandungan kimia tersebut bukan ada seratus persen pada beras tapi hanya menempel pada kulit luar butiran beras,” jelas Dwi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement