REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kasus tertahannya tiga pemain asing Pahang FA di Imigrasi Bandara Soekarno Hatta pekan lalu membuat pihak-pihak yang terlibat saling tuding. Padahal jika semuanya memahami dan mengikuti aturan, masalah seperti ini niscaya tak harus terjadi.
Pahang FA mengklaim telah mengurus persyaratan di KBRI di Kuala Lumpur terkait permohonan kunjungan tiga pemain asing mereka yakni Dickson Nwakaema (Nigeria), Damian Stewart (Jamaika), dan Zesh Rahman (Pakistan). Kebetulan tiga pemain ini berasal dari negara yang tidak masuk dalam daftar 65 negara yang dapat mengurus visa on arrival (VOA) langsung di Indonesia.
Tapi pihak Kedubes RI membantah dengan menyatakan tak ada berkas pengajuan dari pihak Pahang FA.
Kepala Bagian Humas dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Imigrasi Heriyanto saat dihubungi ROL, Selasa (26/5) mengatakan pihak Pahang FA sebenarnya bisa saja tidak mengurus VOA tidak melalui KBRI. Asalkan ada permohonan dari pihak sponsor, dalam hal ini Persipura Jayapura.
Padahal dalam kondisi PSSI dibekukan, Kemepora sudah mengeluarkan surat edaran terkait kegiatan sepak bola. Termasuk izin dari Kemenpora bagi pemain luar yang hendak berlaga di Indonesia.
“Kami tolak karena persetujuan dari Kemenpora belum lengkap. Setiap pemain luar negeri yang mau bertanding di Indonesia jika mengajukan visa harus mempunyai sponsor di Indonesia,” ujar Heriyanto.
Pahang FA dijadwalkan bertanding dengan Persipura pada Senin (26/5). Namun Persipura baru mengajukan permohonan kepada Kemenpora via BOPI pada Jumat (22/5). Surat rekomendasi BOPI baru turun Sabtu (23/5) dan pihak Imigrasi tak bisa memprosesnya karena terlambat.
Andaikata pengurus Pahang FA memahami aturan keimigrasian di Indonesia, semestinya mereka mengurus visa ketiga pemainnya itu di KBRI terlebih dahulu untuk menghindari kejadian seperti ini. Sementara pihak Persipura seharusnya juga bisa mengantisipasi pengajuan surat rekomendasi jauh-jauh hari karena tanggal pertandingan sudah jelas.
BOPI pun punya andil karena tidak segera merespons permohonan Persipura dengan cepat dan dalam hitungan jam untuk mengeluarkan rekomendasi. Sehingga, kejadian memalukan ini tak semestinya terjadi.