REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ekonom CIMB Niaga Winang Budoyo mengapresiasi kenaikan outlook rating Indonesia oleh Standard & Poor's, dari stabil menjadi positif. Dia menilai kenaikan outlook rating dari lembaga rating tersebut berkat keberhasilan reformasi fiskal dan kemampuan pengelolaan fiskal yang baik.
Terlebih, kenaikan outlook rating oleh S&P tersebut terjadi di tengah penurunan rating sejumlah negara, seperti Afrika Selatan, Turki, dan Rusia.
“Faktor utama karena ada reformasi fiskal terutama realokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke infrastruktur dan PMN (Penyertaan Modal Negara/PMN),” ujar Winang di Jakarta, Selasa (26/5).
Winang menjelaskan, faktor tersebut, kemudian berdampak pada perbaikan defisit transaksi berjalan (CAD), sehingga membuat Indonesia berbeda dengan tiga negara lainnya. Perbaikan dalam perekonomian Indonesia dalam beberapa bulan terakhir inilah yang kemudian diapresiasi oleh S&P.
Perbaikan perekonomian yang diapresiasi S&P, menurut Winang, adalah hasil dari kinerja tim perekonomian Presiden Joko Widodo serta kerja seluruh kementerian di bawah Presiden. Namun, dia memberikan penilaian lebih terhadap tim perekonomian Presiden yang mengurusi fiskal. Karena porsi Kementerian Keuangan besar dalam urusan fiskal.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kenaikan outlook rating Indonesia menjadi gejala menarik mengingat pada periode 2014-2015, ada beberapa negara emerging market yang malah mengalami downgrade rating. Bambang menuturkan, negara tersebut adalah Afrika Selatan yang mencatatkan peringkat utang dari stabil menjadi negatif pada Juni 2014.
Brazil dari BBB turun menjadi BB-, sedangkan Rusia lebih parah, peringkat utangnya jatuh ke posisi Junk dari BB+ pada Januari 2015. "Kenaikan outlook rating ini karena pengelolaan makro ekonomi Indonesia yang sudah berjalan tepat terkait dengan kebijakan fiskal dan moneter," kata Bambang.