Rabu 27 May 2015 21:49 WIB

Malaysia Tahan 12 Polisi dalam Kasus Kamp Penyelundupan Manusia

Polisi Malaysia saat menggali kuburan massal yang ditemukan di kamp di perbatasan Malaysia-Thailand, Selasa (26/5).
Foto: EPA
Polisi Malaysia saat menggali kuburan massal yang ditemukan di kamp di perbatasan Malaysia-Thailand, Selasa (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebanyak 12 polisi Malaysia ditahan atas dugaan keterlibatan dalam keberadaan kamp penyelundupan manusia, Rabu (27/5). Penahanan itu terkait penemuan sekitar 140 kuburan yang diyakini berisi mayat imigran dari Myanmar dan Bangladesh.

Wakil Menteri Dalam Negeri Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengungkapkan hal tersebut sehari setelah tim forensik polisi mulai mengangkat mayat-mayat dari kuburan yang ditemukan di sekitar 28 kamp di enam lokasi sepanjang 50 kilometer garis perbatasan dengan Thailand.

"Meskipun terdapat 139 kuburan, kami belum bisa menggali semua. Tim forensik harus melakukannya dengan hati-hati supaya mayat-mayat beserta bukti tetap terjaga. Kami tidak tahu berapa banyak di sana, dan siapa mereka," katanya.

Kawasan hutan yang lebat di Thailand selatan dan Malaysia utara merupakan titik utama bagi penyelundup untuk membawa pendatang ke Asia Tenggara dengan kapal dari Myanmar, sebagian besar Muslim Rohingya yang mengaku lari dari penyiksaan dan Bangladesh.

Penemuan mengerikan di Malaysia itu menyusul penemuan kuburan serupa di perbatasan dalam wilayah Thailand pada awal Mei. Penemuan tersebut memicu dilakukannya operasi oleh Thailand terhadap kamp-kamp.

Polisi dan saksi mata melaporkan tanda-tanda terjadinya penyiksaan dan pelecehan di kamp-kamp yang ditinggalkan itu di negara bagian Perlis, Malaysia utara.

Keberadaan kamp-kamp tersebut mencuatkan pertanyaan mengenai keterlibatan petugas di kedua belah pihak perbatasan. Pada Selasa, Malaysia mengatakan sedangmenyelidiki polisi hutan dan Wan Junaidi mengatakan 12 polisi ditahan atas dugaan keterlibatan atau menjadi fasilitator secara langsung.

"Seluruh petugas akan diperiksa. Jika ada petugas yang mengetahui mengenai hal ini namun tidak mengambil tindakan, itu adalah kesalahan. Kami juga memeriksa dari sudut itu," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement