REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan fenomena aliran udara panas yang melanda India. Dilaporkan sekitar 1.100 orang meninggal dunia di wilayah Andrha Pradesh dan Telanggana.
Badan Meteorogi India mencatat suhu udara pada 26 mei 2015 mencapai 48 derajat celcius, bahkan hingga malam hari pun dilaporkan suhu udara tetap panas.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) A. Fachri Radjab menjelaskan, pada dasarnya aliran udara panas adalah sebuah pola musim panas yang meluas (extended summer), diindikasikan dengan suhu udara sekitar 5 derajat celcius diatas rata-rata suhu maksimumnya.
Ketika aliran udara panas ini melewati permukaan daratan yang luas, maka terjadi interaksi yang pada akhirnya memperkuat aliran udara panas ini seperti yang terjadi di India.
"Dari analisa kami, aliran udara panas ini diperkirakan masih akan bertahan dalam 5 hari kedepan di sekitar wilayah utara dan timur laut India. Bagi warga Indonesia yang sedang berada disana agar mewaspadai fenomena ini," ujar Fachri, Rabu (27/5).
Fachri melanjutkan, aliran udara panas yang terjadi di India kecil kemungkinannya dapat terjadi di Indonesia. Ini dikarenakan tidak adanya indikator dinamika atmosfer yang bisa memicu terjadinya aliran udara panas tersebut di Indonesia.
Indonesia, lanjutnya, meskipun tidak dilalui aliran udara panas ini, namun kewaspadaan tetap harus ditingkatkan karena saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
Maka fenomena bencana terkait cuaca seperti kebakaran, kekeringan dan gagal panen agar dapat diantisipasi oleh pemerintah dan masyarakat.