REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Hanya beberapa pekan setelah menjabat Jaksa Agung Amerika Serikat, Loretta Lynch mengeluarkan sengatan maut kepada badan sepak bola dunia FIFA. Lynch membuktikan ia merupakan jaksa AS yang agresif dan tanpa kompromi.
Dalam mengumumkan dakwaan korupsi kepada 14 orang, termasuk sembilan pejabat sepak bola, Lynch telah menindaklanjuti sebuah penyelidikan yang memang sudah dirintisnya. Saat dengar pendapat bagi pemastian jabatannya di Senat akhir April lalu, Lynch bersumpah untuk memburu para penjahat kerah putih dengan mengatakan 'tak ada seorang pun yang di atas hukum'. Dia membuktikan kata-katanya ini pada Rabu (27/5) di Zurich.
"Mereka telah mengorupsi bisnis sepak bola seluruh dunia demi kepentingan mereka dan memperkaya diri mereka sendiri. Mereka melakukan ini berulang-ulang, dari tahun ke tahun, dari turnamen ke turnamen," kata dia.
Lynch mengatakan kasus korupsi yang melibatkan pejabat FIFA sudah merajelala, sistemik dan mengakar baik di luar maupun di dalam negeri AS.
Dia adalah perempuan Afro Amerika pertama yang menempati posisi jaksa agung, dan menggantikan Eric Holder, orang kulit hitam pertama yang memangku jabatan itu.
Sebagai jaksa penuntut di New York, Lynch sudah terkenal sebagai penuntut yang gigih yang membuat para mafia dan tersangka teroris dipenjarakan. Kini dia sedang berjuang membela hak-hak sipil dan menuntut para penjahat kerah putih di Wall Street.
Namun secara mengejutkan dia malah memburu FIFA di luar negerinya sendiri di mana sepak bola kalah populer dari bola basket atau American football.
Namun sebelum menjabat Jaksa Agung, Lynch sudah bertugas sebagai jaksa penuntut distrik timur New York dan menangani banyak kasus korupsi, termasuk FIFA.
Dia melakukan itu dari Brooklyn, wilayah New York yang sama di mana dia mengungkapkan 47 dakwaan dan permintaan ekstradisi terhadap para tersangka yang ditangkap di Swiss.
Dua generasi pejabat sepak bola, kata dia, menggunakan posisi yang dipercayakan kepada mereka di dalam organisasinya masing-masing untuk mengumpulkan suap dari para pemasar olah raga. Dengan balasan hak komersial untuk turnamen-turnamen sepak bola.
Lynch, yang lulusan fakultas hukum Universitas Harvard, berjanji untuk bekerjasama dengan negara-negara lain demi mengakhiri praktik-praktik korupsi semacam itu, membasmi perbuatan jabat, dan mengadili para penjahat.
Lynch berterima kasih kepada para kolega internasionalnya yang mengambil bagian dalam penyelidikan ini, terutama Swiss, dan berjanji untuk menggelar pengadilan yang adil untuk para tersangka setelah mereka diekstradisi.