REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- PBB pada Rabu (27/5) menyampaikan keprihatinan yang mendalam sehubungan dengan laporan mengenai sangat banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, termasuk kemungkinan pemindahan paksa warga di Negara Bagian Blue Nile, Sudan.
"Saya sangat prihatin dengan laporan bahwa sangat banyak orang kehilangan tempat tinggal, termasuk kemungkinan pemindahan paksa, di Wilayah Bau di Negara Bagian Blue Nile, Sudan, dan kemungkinan di beberapa bagian lain negara bagian itu," kata Geert Cappelaere, Residen dan Penjabat Koordinator Kemanusiaan PBB di Sudan.
"Saat konflik telah meningkat di Blue Nile, warga sipil terus memikul beban akibat pertempuran. Kebutuhan kemanusiaan dengan cepat meningkat di Blue Nile. Tapi lembaga bantuan seringkali tak diizinkan secara independen menilai kebutuhan kemanusiaan dan memberi tanggapan sebagaimana diperlukan di negara bagian tersebut," kata Cappelaere.
Ia juga mendesak semua pihak agar segera menghentikan pertempuran dan mengizinkan lembaga bantuan memberi pertolongan kepada warga yang membutuhkan, di mana pun mereka mungkin berada, katanya, sebagaimana dikutip Xinhua.
Bentrokan militer belum lama ini telah meningkat di Negara Bagian Blue Nile antara prajurit militer Sudan dan petempur pemberontak Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM)/Sektor Utara. Negara Bagian Blue Nile memiliki lokasi geografis yang strategis, dan kaya akan sumber daya alam. Negara bagian itu juta menjadi tempat Ar-Rusaires, Bendungan penghasil listrik terbesar di Sudan.