Kamis 28 May 2015 15:31 WIB

Megawati: Lemhannas Bukan Lembaga Sertifikasi Jadi Menteri

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri menyatakan, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) bukan lah tempat untuk mencari sertifikasi demi dapat kenaikan pangkat atau jabatan. Lemhannas, kata dia, juga bukan tempat parkir bagi para calon pemimpin untuk menunggu jabatan kosong di instansinya.

‎"Saya sering ketemu teman-teman saya, lalu saya nguping. Mereka bicara bagaimana masuk Lemhannas, agar dapat sertifikat paling tidak untuk meningkatkan pangkat kalau dari kalangan TNI dan Polri, kalau dari PNS untuk menaikan eselon satu atau berharap jadi menteri," katanya dalam sesi Presidential Lecture untuk memperingati HUT ke-50 Lemhannas, Jakarta Pusat, Kamis (28/5).

Megawati menekankan, lembaga yang didirikan Proklamator Sukarno tersebut memiliki semangat untuk menggembleng calon pemimpin bangsa. Sehingga, setiap pejabat negara tidak selayaknya memiliko motivasi lain ketika mengikuti pendidikan di Lemhannas.

"Lemhanas bukan legalitas peniti karir, bukan juga lembaga stempel sertifikasi kepemimpinan. Lembaga ini berkumpul, gotong royong, merumuskan jalan bagi Indonesia Raya," kata ketua umum PDIP tersebut.

Megawati menyebut, Bung Karno saat mendirikan Lemhannas mpada 1965, mengharapkan lahirnya calon pemimpin yang mengerti tentang sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bung Karno menjadikan Lemhannas sebagai kawah candra dimuka para pemimpin bangsa.

‎Sementara itu, Gubernur Lemhannas Budi Susilo Soepandji mengatakan, memasuki usia emas ke-50 tahun, pokok dan fungsi Lemhannas harus lebih dioptimalkan. Sejak didirikan, Lemhannas telah mengabdi bagi bangsa dan negara. Namun, pengabdian tersebut dinilai belum cukup untuk memenuhi ideologi bapak pendiri bangsa, Bung Karno. 

"Pancasila sebagai ideologi semakin jauh, gotong royong tidak lagi jadi ciri masyarakat perkotaan dan pedesaan, generasi penerus memiliki pemahaman kebangsaan yang semakin menipis," katanya.

Karena itu, hari lahir Lemhannas yang bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei, harus menjadi momentum kebangkitan pola hidup berkembangsaan. Kebangkitan Nasional, lanjut dia, harus diwarnai pola pikir dan tindak yang semakin baik dari lembaga yang dipimpinnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement