REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menanggapi santai isu belakangan yang muncul, terkait beredarnya isu ia telah menerima bentuk gratifikasi dengan menggunakan pesawat carteran yang ongkosnya dibebankan kepada Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
"Saya jangan dituding-tuding deh," jawab Sudirman dengan diselingi tawa saat menjawab pertanyaan wartawan, Kamis (28/5).
Kemudian diceritakan lah kronologi saat dirinya menggunakan fasilitas yang disediakan Pertamina tersebut. "Hari itu saya sedang meeting di Singapura kemudian Pertamina meminta hadir bersama Presiden (Jokowi) peresmiam di acara peresmian di Arun, Aceh. Saya kira sebagian dari kalian (wartawan) juga ada di sana," ujar Sudirman.
"Kan tidak ada penerbangan dari Singapura ke Lhokseumawe dong. Kemudian, itu bukan jet pribadi, melainkan pesawat charter. Biasa itu kalau keadaan mendesak, urgensinya ada, ya diberikan sarana transportasi," kata Sudirman.
Tentang tudingan itu, Sudirman menyebut karena diundang Pertamina maka wajar apabila dia menggunakan fasilitas tersebut.
"Kebetulan yang undang Pertamina, yang menyiapkan Pertamina, gratifikasi itu kalau saya bawa pulang itu barang. Pribadinya dapet manfaat. Itu kan saya sedang bekerja. Dan malemnya saya bangun jam 3 pagi supaya bisa ngejar di Lhokseumawe, kemudian setelah selesai saya balik karena meeting-nya belum selesai, saya balik ke Singapura, baliknya naik pesawat Pelita. Jadi gratifikasinya di mana saya tidak tahu," sanggahnya lagi.
Sebelumnya, Sudirman Said disebut-sebut menyewa pesawat khusus Gulfstream G-550 Singapura-Medan-Singapura dengan biaya 35.750 dolar AS atau setara Rp 471,9 juta. Biaya penyewaan pesawat dibebankan ke Petral.