REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pihak Kepolisian Kabupaten Bogor, telah menggerebek lokasi gas oplosan di Kampung Cibogel, Desa Kota Batu, Kec Ciomas, Kab Bogor. Pemilik tempat tersebut telah diamankan, karena memindahkan isi gas tiga kilogram ke tabung ukuran dua belas kilogram.
"Jika memakai tabung gas oplosan sedikit khawatir, karena bukan asli pabrik lagi," ujar penjaga warung serta penjual gas, Mulyadi (32) kepada ROL, Kamis (28/5).
Ia juga mengaku belum mengetahui cara membedakan tabung gas asli dan oplosan seperti apa. Kemudian ia mengatakan, selama ini agen tempatnya membeli tidak pernah melakukan oplosan karena faktor kepercayaan. Mulyadi hanya mengetahui, agen tersebut juga membeli dari pusat atau Pertamina.
Selain itu, ia tidak tahu alat untuk mengoplosnya sendiri seperti apa dan memakai standar keamanan yang bagaimana. Ia menegaskan kebocoran gas bisa mengalami ledakan dengan cepat, dan lebih berbahaya dari bensin ketika tersulut api.
Menurutnya kenaikan yang terjadi kemarin, karena banyaknya gas oplosan 12 kilogram yang membuat langka tabung gas tiga kilogram. "Hampir sama seperti penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM)," tegasnya.
Namun, pihak Pertamina yang menemukan agen nakal seperti itu, tidak akan memberikan pasokannya lagi kepada mereka. Jika mereka terbukti mengoplos tabung gas yang membuat kelangkaan pada gas tiga kilogram.
Kapolres Bogor, AKBP Suyudi Ario Seto, mengatakan kerugian yang ditimbulkan diantaranya, pertama kebutuhan rumah tangga masyarakat kelas bawah mengalami kelangkaan yang bersubsidi. Kedua, faktor ekonomi akan berpengaruh pada tatanan sosial yang disebabkan kelangkaan masyarakat kelas bawah. Hal tersebut akan melakukan tindakan lain yang berdampak pada tatanan sosial
Sedangkan bahaya dari gas oplosan tersebut. Pertama apabila pelaku yang menyuntikan gas dapat merubah bentuk katup pipa gas tersebut menjadi longgar, akibatnya menimbulkan rawan kebocoran gas. Kedua, bahaya pemasangan paksa dapat mengakibatkan kebocoran, yang menimbulkan ledakan gas.