REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Chuck Blazer, merupakan mantan anggota Komite Eksekutif FIFA membuka skandal FIFA dan mengaku bersalah pada November 2013, ketika ia terserang penyakit kanker usus besar dan ditahan karena kasus yang menimpanya tersebut.
Pengakuan elit FIFA yang sekaligus mantan sekretaris jenderal CONCACAF itu cukup mengejutkan, karena mengakui terlibat dalam kasus konspirasi pemerasan, penipuan, pencucian uang, penggelapan pajak, dan kegagalan untuk mengajukan Laporan Bank Asing dan Akun Keuangan (FBAR).
Kemudian menurut Departemen Kehakiman AS ia menghadapi hukuman 10 tahun penjara atas kesalahannya dengan FBAR dan lima tahun penjara atas tuduhan penggelapan pajak.
Dan kali ini, seperti yang dilaporkan oleh New York Daily News, atas perintah FBI dan Otoritas Pajak AS, ia dijadikan sebagai mata-mata di FIFA untuk membongkar skandal FIFA. Hal itu dilakukan dengan menggunakan gantungan kunci yang berisi mikrofon kecil untuk merekam ‘parade’ tokoh elit FIFA, yang mengakibatkan tertangkapnya 14 elit FIFA hingga hari ini.
“Kerjasamanya Blazer dengan penyidik pidana Amerika di Distrik Timur New York bermaksud untuk mengungkap dana gelap sepak bola internasional”, menurut laporan New York Daily News tahun lalu, seperti dilansir First Post pada Rabu (27/5).
Kronologinya, sebelum Blazer pergi ke Olimpiade London ia diperintahkan memakai alat perekam itu sebagai penyadapan untuk FBI. Namun sebelumnya ia menolak karena dia takut dicurigai banyak orang. Dan pada akhirnya dia mau melakukannya, namun dengan meletakkan gantungan kunci tersebut di atas meja. Sehingga FBI berhasil mendapatkan kiriman lengkap dari Blazer tersebut.
Hingga akhirnya saat ini FBI sudah memiliki cukup bukti untuk menangkap 14 elit FIFA yang didakwa terlibat dalam skandal tersebut. Dan kasus ini masih terus dikembangkan, sementara pemilihan presiden FIFA yang direncanakan diadakan Jumat (29/5) besok terancam gagal.