REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asmaah Helal sempat dilarang bermain sepakbola namun perempuan asal Sydney, Australia, ini berhasil mengatasi stigma bagi muslimah berhijab itu. Kini ia kembali datang ke Indonesia dan menggelar soccer clinic di sejumlah sekolah Islam.
Sudah dua pekan terakhir ini Asmaah berkeliling sejumlah pesantren dan sekolah Islam lainnya untuk menemui pelajar perempuan di sekolah tersebut.
“Sambutan mereka sangat luar biasa," ujar Asmaah kepada wartawan ABC Australia Plus Iffah Nur Arifah di Jakarta baru-baru ini.
"Faktanya mereka kagum kalau ternyata seorang muslim dan berhijab seperti saya bisa menjadi pemain sepakbola. Itu sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka sebelumnya,” kata Asmaah.
Dalam klinik bola itu, Asmaah mengaku senang karena bisa berbagi cerita sekaligus mengajarkan teknik-teknik sepakbola.
"Beberapa dari mereka merupakan pemain sepakbola yang berbakat, namun ada juga yang belum pernah memegang bola sama sekali. Mereka tidak mau acara itu berakhir karena ingin terus belajar sepakbola,” tambahnya.
Asmaah berkeliling sejumlah kota seperti Jakarta, Bogor, Cirebon, Majalengka dan Makassar. Ia diundang menjadi pelatih dalam acara soccer clinic untuk pelajar puteri di pesantren dan sekolah Islam yang menjadi mitra dari lembaga International Center for Islam and Pluralisme (ICIP) Global Jakarta.
Menurut Direktur ICIP Global Jakarta, Farinia Fianto, sosok Asmaah Helal diharapkan dapat menghadirkan sosok panutan baru di kalangan remaja Islam.
Selain itu, mempromosikan gaya hidup sehat, gemar berolahraga dan menunjukkan seorang muslimah berhijab juga bisa berprestasi di bidang olahraga sepakbola.
"Selama ini menurut pantauan ICIP pendidikan kognitif memang sudah bagus, tapi dalam olahraga fisik itu masih kurang, terlebih lagi untuk pelajar puterinya,” kata perempuan yang disapa Nia tersebut.
“Biasanya lapangan olahraga lebih banyak digunakan oleh pelajar putera, apalagi sepakbola, jarang dan nyaris tidak ada yang pesantren yang pelajar puterinya bermain bola,” ungkap Nia.
“Sepakbola menjadi olahraga yang tidak populer di kalangan perempuan karena alasan yang sangat bias gender. Kami ingin mengubah itu bahwa muslimah berhijab juga bisa dan sangat boleh bermain sepakbola. Karena sepakbola itu olahraga untuk semua dan Islam tidak melarangnya,” tegasnya.
Assmaah Helal sedang mengajarkan teknik bermain sepak bola kepada pelajar puteri di SMP Muhammadiyah 22, Pamulang Jawa Barat. (Foto: ICIP Global Jakarta Facebook)
Sebagai muslimah berhijab, Asmaah Helal mengaku dirinya juga pernah menghadapi kondisi dimana lingkungan di sekitarnya tidak mendukungnya untuk bermain bola.
“Meski keluarga mendukung tapi saya dikelilingi orang yang tidak mendorong saya untuk bermain bola. Mereka menganggap wanita tidak tepat bermain bola dan olahraga lain di luar ruangan, itu tidak bagus karena akan ditonton laki-laki,” tuturnya.
Asmaah mengaku dirinya sempat terpengaruh sehingga memutuskan berhenti bermain bola. Ia lalu memilih melakukan olahraga di dalam ruangan, seperti futsal pada tahun 2008.
"Tapi kemudian saya menyadari kalau itu bukan cara berpikir yang sehat. Saya bertanya pada diri sendiri, apa salahnya jika perempuan bermain bola selama mereka mengenakan pakaian yang sopan? Dan kita tidak seharusnya membuat wanita dalam kondisi terpenjara seperti itu,” paparnya.
“Sebaliknya kita mendorong apa yang mampu dilakukan oleh perempuan muslim. Islam sangat mendukung kesehatan dan gaya hidup sehat bagi perempuan. Makanya saya kembali bermain sepak bola,” kata Asmaah.
Asmaah kini menjadi kapten tim sepakbola perempuan Universitas New South Wales dan ikut berlaga dalam Premier League.
Ia bekerja sebagai Koordinator Komunitas pada organisasi Football United yang bertujuan mempersatukan orang dari berbagai komunitas melalui sepakbola, termasuk pengungsi, pendatang dan warga Aborijin.
Bagi Asmaah selain merupakan olahraga yang mendunia, sepakbola juga bisa menjadi sarana memberdayakan perempuan.
“Sepak bola memberdayakan perempuan, memberi mereka kepercayaan diri, membuka outlet sosial untuk bertemu teman, kenalan baru, mengajarkan mereka kerja tim,” ujarnya.
Kunjungannya ke Indonesia kali ini merupakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya Asmaah juga pernah menggelar soccer clinic bersama lembaga lain. Dia berharap kegembiraan dan ketertarikan remaja puteri yang ditemuinya dalam event ini bisa berlanjut dan sepakbola wanita di Indonesia akan terus berkembang.
“Alasan utama mengapa saya bilang Indonesia perlu lebih banyak berinvestasi pada sepakbola wanita, adalah karena dari event soccer clinic ini, saya tahu kalau anak-anak perempuan yang saya jumpai ini menghendakinya,” katanya.
“Pemerintah perlu menyusun program yang memungkinkan anak-anak perempuan ini dapat ikut berpartisipasi dalam berbagai kejuaraan," kata Asmaah.
"Dan ada program pelatihan dan pendidikan bagi atlet sepakbola perempuan. Lalu, nantinya perlu ada kompetisi sepakbola wanita hingga ke level nasional,” katanya.
"Pada saatnya mereka bisa berkeliling Indonesia mempromosikan sepakbola wanita tanpa perlu ada perempuan Australia seperti saya datang kemari untuk melakukan kampanye tersebut," katanya sambil tersenyum.