Jumat 29 May 2015 20:56 WIB

Hewan Marsupial ini Pesta Seks 14 Jam Hingga Jantannya Mati

Red:
  Peneliti meyakini marsupial baru antechinus Tanjung Tasman kehitaman ini terancam punah.
Foto: abc news
Peneliti meyakini marsupial baru antechinus Tanjung Tasman kehitaman ini terancam punah.

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Peneliti di Queensland, Australia menemukan dua jenis spesies marsupial baru khas Australia yang langka. Satwa ini dikenal dengan cara kawin mereka yang aneh dan mematikan. Pasalnya, untuk berkembang biak, pasangan jantannya akan melakukan ritual pesta seks yang penuh kekerasan hingga mati setelahnya.

Para peneliti khawatir satwa ini terancam punah. Satwa bernama, Antechinus, sejenis marsupial yang mirip dengan tikus ini mencuri perhatian selama bertahun-tahun karena pola perilaku kawinnya yang aneh dengan perilaku pesta seks mereka yang sangat kuat dan brutal, sampai-sampai jantan marsupial ini akan mati tidak lama setelah kawin.

Kini, dua spesies dari marsupial ini ditemukan hidup di Barat Daya Australia. Para peneliti meminta agar Pemerintah Queensland dan Tasmanian untuk memasukan spesies antechinus ini kedalam daftar satwa yang terancam punaj, sebelum populasi hewan ini hilang.

Pakar mamalia dari Universitasitas Teknologi Queensland (QUT), Dr Andrew Baker mengatakan selama beberapa pekan dalam setahun, jantan antechinus yang dipenuhi dengan hormon testosterone bersaing dengan sengit antara sesama jantan yang lain untuk dapat berhubungan seks dengan sebanyak mungkin betina antechinus, dan semua ini berlangsung maraton selama 14 jam.

"Hewan antechinus ini melakukan pesta seks dengan kekerasan setiap tahunnya," kata Dr. Baker belum lama ini.

Beberapa minggu setelah melakukan senggama maraton ini, stress karena lonjakan hormon testosteron ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh pada jantan itu menurun drastis dan dampaknya sangat mematikan bagi jantan tersebut.
 
"Jantan marsupial ini mengalami pendarahan dibagian dalam organnya, lambungnya luka, bulu-bulu mereka rontok dan terkadang mereka menjadi saling bertabrakan satu sama lain karena jantannya menjadi buta, namun demikian hewan jantan itu masih tetap mencari betina untuk dikawini," tutur  Dr Baker.
 
Kematian tahunan dari kalangan jantan satwa ini yang meliputi setengah dari populasinya, menimbulkan tantangan bagi peneliti seperti mahasiswa PhD, Thomas Mutton, yang berusaha melestarikan spesies ini.
 
"Kita ingin mempelajari mereka tapi jantan dari satwa ini bahkan tidak bisa hidup selama satu tahun, mereka hanya hidup selama 11 bulan saja sebelum akhirnya mati setelah ritual pesta seks mereka, ini menyedihkan," kata Mutton.
 
"Saya pikir kehidupan seks mereka cukup menarik bagi manusia, dan tentunya sedikit berbeda dengan yang dilakukan manusia,"
 
Dr Baker mengatakan, dua spesies baru yang ditemukan dalam penelitian mereka adalah Antechinus Semenanjung Tasman yang berwarna kehitaman (Antechinus vandycki) yang mereka temukan di dekat Port Arthur di Tasmania, dan Antechinus daratan kehitaman (mimetes Antechinus swainsonii) yang ditemukan di seluruh kawasan Tenggara Australia.
 
Ilmuwan QUT sekarang meyakini lima dari total 15 spesies Antechinus yang terkenal ini terancam punah akibat perubahan iklim, hama liar dan hilangnya habitat.
 
Para peneliti mendesak Pemerintah Tasmania dan Queensland memasukan sejumlah spesies baru antechinus ini dalam daftar satwa yang terancam punah termasuk Antechinus Tasman Peninsula kehitaman yang baru mereka temukan.
 
Penemuan terbaru tim ini telah diterbitkan dalam jurnal dari Museum Queensland - Nature.
 
Para peneliti sedang mencari dana tambahan untuk melakukan penelitian yang lebih rinci mengenai spesies yang  terancam punah ini dan akan memprioritaskan langkah-langkah yang dapat membantu melindungi satwa tersebut.
 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement