REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- GP Ansor melalui Yayasan Mata Air menggelar Pesantren Kilat-Bimbingan Pasca-Ujian Nasional (Sanlat-BPUN) dalam rangka persiapan masuk perguruan tinggi negeri 2015 di 51 kabupaten/kota.
Ketua Umum GP Ansor mengatakan, gagasan menggelar sanlat BPUN pertama kali lahir pada 2007 di tiga kota, yakni Kudus, Demak dan Jepara.
"Dulu basisnya dapil saya sebagai anggota DPR. Dengan program utama pendampingan pasca-UN di ponpes. Kemudian sejak jadi ketua GP Ansor, kegiatan ini dilakukan tiap tahun kita laksanakan di 51 kota," ujar Nusron saat video conference dengan peserta sanlat BPUN di gedung GP Ansor, Jakarta, Jumat (29/5).
Peserta sanlat yang melakukan video converence berasal dari Surabaya, Jombang, Malang, Ngawi, Kudus, Semarang, Karanganyar, Yogyakarta, Cirebon, Bandung, Serang dan Pontianak.
Hadir dalam acara tersebut Menristek Dikti M Nasir dan Mendikbud Anies Baswedan. Sanlat tersebut, kata Nusron, digelar selama sebulan sejak April lalu dengan tema 'Education for Better Future'. Untuk program ini, GP Ansor bekerja sama dengan Yayasan Mata Air, Menristek Dijti, dan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud).
Pada kesempatan itu, Nusron juga mengingatkan pentingnya pendidikan bagi masyarakat Indonesia. "Sebab kemiskinan, ketimpangan ekonomi hanya bisa diatasi dengan membuka akses ekonomi dan pendidikan seluas luasnya kepada masyarakat," ujarnya.
Menurut Nusron, kemiskinan dan ketertinggalan bisa diatasi dengan memberikan akses kepada masyarakat. "Salah satu akses terpenting itu adalah pendidikan," kata Nusron.
Sementara itu, Menristek Dikti M Nasir mengatakan, semua calon mahasiswa harus punya keyakinan untuk bisa meraih cita-cita yang diimpikan. Nasir menyontohkan pengalamannya sendiri yang tidak pernah membayangkan bakal jadi menteri.
"Saya santri salafi belajar agama saja. Saya hanya ikut ujian persamaan di pondok pesantren. Saya haya bayak berdoa. Kemudian karena Allah menghendaki saya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi," tutur Nasir.
Mendikbud Anies Baswedan pun meminta agar para calon mahasiswa tidak melupakan kesehatan saat ujian masuk perguruan tinggi negeri. Sebab sekeras apa pun belajar, tidak akan bisa sukses kalau pas saat ujian malah sakit.
"Kemudian jangan lupa juga untuk memikurkan masa depan. Baimana 50 tahun ke depan. Sebab pendidikan saat ini diarahkan untuk hasil masa depan yang jauh," tandas Anies.