REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Nelayan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, hanya bisa gigit jari menyaksikan nelayan dari daerah lain leluasa menangkap ikan di perairan mereka karena kalah bersaing dalam teknologi alat tangkap.
"Laut kami diobok-obok nelayan dari daerah lain. Kami hanya bisa mengeluh karena perahu kami kecil sehingga tidak bisa jauh ke laut seperti mereka. Siang-malam mereka mengambil ikan," keluh Basran, nelayan Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit, Sabtu (30/5).
Keluhan itu disampaikan Basran kepada Bupati H Supian Hadi dan Wakil Bupati HM Taufiq Mukri saat dialog usai peletakan batu pertama pembangunan Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN) atau stasiun pengisian solar untuk nelayan yang berlokasi di Pusat Pendaratan Ikan Ujung Pandaran.
Basran menyebutkan, setiap hari nelayan dari luar daerah seperti Jawa dan lainnya, dengan leluasa menangkap ikan di perairan Kotim. Basran dan nelayan lainnya tidak mampu berbuat apa-apa karena kapal yang mereka miliki hanya mampu menjangkau laut dangkal karena keterbatasan kemampuan mesin.
"Jadinya kami hanya bisa menangkap ikan di pinggir-pinggir. Tapi sekarang makin sedikit hasilnya karena ikannya sudah mereka tangkap di tengah laut," keluh Basran.
Bupati H Supian Hadi meminta nelayan tidak bersedih. Tahun ini pemerintah daerah akan memberikan bantuan satu kapal besar dengan kemampuan 30 GT yang bisa menjangkau 12 mil laut. Kapal canggih ini diharapkan bisa membantu nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapan.
"Tahun ini akan diserahkan untuk nelayan Ujung Pandaran. Untuk nelayan di sini (Desa Kalap Baseban dan sekitarnya) akan kami anggarkan pada 2016 nanti. Kapal dan kapasitas mesinnya sama besarnya," ujar Supian.
Supian menyatakan komitmennya untuk berusaha keras membantu nelayan. Dia meminta usulan bantuan dari nelayan disampaikan melalui permohonan resmi oleh kelompok nelayan sehingga bisa diperjuangkan. Nelayan di Kotim tersebar di tiga kecamatan, yaitu Teluk Sampit, Mentaya Hilir Selatan dan Pulau Hanaut.