REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah petani di Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jabar, beralih profesi, karena usaha bertani sering mengalami kerugian akibat serangan babi hutan yang merusak dan memakan hasil pertanian.
"Warga disini sebagian beralih usahanya untuk tetap mendapatkan penghasilan karena kalau usaha taninya suka rugi karena serangan babi hutan," kata Kepala Desa Sindulang Edi Mulyana kepada wartawan, Sabtu (30/5).
Ia menuturkan, alih profesi petani itu mendapatkan dukungan dari pemerintah melalui program Masyarakat Desa Konservasi (MDK) untuk pengembangan usaha masyarakat pedesaan. Program pemerintah itu, kata dia, dengan pengadaan mesin jahit untuk melatih masyarakat berwirausaha konfeksi.
Selain itu pengadaan bibit salak, dan bunga hias yang tidak akan menjadi sasaran serangan babi hutan. "Program MDK bagi masyarakat sini sebagai upaya pemerintah dalam penanganan babi hutan, sebagian usahanya sudah berjalan dan mendapatkan hasilnya," katanya.
Ia menambahkan, potensi daerah yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sindulang sebagian besar merupakan areal pertanian dan perkebunan seperti padi, jagung, ubi, kentang, dan singkong.
Namun pemanfaatan potensi itu, lanjut dia, tidak dapat dijalankan secara maksimal karena harus menghadapi serangan hama babi hutan yang berasal dari Gunung Kareumbi.
Serangan hama itu, lanjut dia, sudah berlangsung bertahun-tahun dan sering terjadi ketika memasuki musim panen.
"Lahan yang mencapai 400 hektare ini semuanya menjadi daerah jarahan babi hutan, dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun," katanya.
Masyarakat setempat sudah melakukan berbagai upaya termasuk memburu babi hutan bersama Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) dan menjaga kawasan pertanian menjelang panen, namun tidak membuahkan hasil.
"Babi hutan itu kalau turun ke ladang berkelompok 10 sampai 15 ekor, kalau kita halau babi itu balik nyerang, bahkan ditembak sama Perbakin juga katanya kuat," katanya.